-senyuman-

bling...bling

Monday, December 12, 2011

Status Anak Angkat dalam Islam

Status Anak Angkat dalam Islam

Yusuf Qardhawi, ulama kelahiran Mesir tahun 1926 yang sejak tahun 1961 tinggal Doha Qatar, dalam bukunya Halal dan Haram dalam Islam, menguraikan secara singkat perihal pengangkatan anak menurut Islam.

Pada masa jahiliyah, mengangkat anak telah menjadi ‘trend’ bagi mereka, dan anak angkat bagi mereka tak beda dengan anak kandung, yang dapat mewarisi bila ayah angkat meninggal. Inilah yang diharamkan.dalam Islam.

Prof. Dr. Amir Syarifuddin dalam bukunya ‘Hukum Kewarisan Islam’ menyatakan bahwa Hukum Islam tidak mengenal lembaga anak angkat atau dikenal dengan adopsi dalam arti terlepasnya anak angkat dari kekerabatan orang tua asalnya dan beralih ke dalam keekrabatan orang tua angkatnya. Islam mengakui bahkan menganjurkan mengangkat anak orang lain, dalam arti pemeliharaan.

Allah s.w.t. akhirnya menghapus budaya jahiliyah tersebut dengan menurunkan surat Al-Ahzab ayat 4 dan 5: ‘Allah tidak menjadikan anak-anak angkatmu itu sebagai anak-anakmu sendiri, yang demikian itu adalah omongan-omonganmu dengan mulut-mulutmu, sedang Allah berkata dengan benar dan Dia-lah yang menunjukkan ke jalan yang lurus. Panggillah mereka (anak-anak) itu dengan bapak-bapak mereka, sebab dia itu lebih lurus di sisi Allah. Jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka mereka itu adalah saudaramu seagama dan kawan-kawanmu.’ Dengan turunnya ayat tersebut, maka Islam telah menghapus seluruh pengaruh yang ditimbulkan oleh aturan jahiliyah, misalnya tentang warisan dan dilarangnya kawin dengan bekas isteri anak angkat.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Anfal ayat 75 yang berbunyi: ‘Keluarga sebagian mereka lebih berhak terhadap sebagian menurut Kitabullah,’ dan surat An-Nisa’ ayat 24 yang berbunyi: ‘Dan bekas isteri-isteri anakmu yang berasal dari tulang rusukmu sendiri.’

Secara panjang lebar Allah s.w.t. menjelaskan tentang halalnya mengawini bekas isteri anak angkat, yaitu ketika Rasulullah s.a.w. ragu dan takut bertemu dengan orang banyak ketika akan mengawini Zainab binti Jahsy, karena Zainab adalah mantan isteri Zaid bin Haritsah, atau dikenal dengan Zaid bin Muhammad. Hal ini sebagaimana difirmakan-Nya dalam surat Al-Ahzab ayat 37 – 40.

Pendapat Yusuf Qardhawi tersebut, diamini oleh Ahmad Asy-Syarbashi, sebagaimana dinyatakan beliau dalam bukunya Yas’alunaka, maka haramnya mengangkat anak adalah, apabila nasabnya dinisbatkan kepada diri orang tua yang mengangkatnya. Sedangkan mengangkat anak, apalagi anak yatim, yang tujuannya adalah untuk diasuh dan dididik tanpa menasabkan pada dirinya, maka cara tersebut sangat dipuji oleh Allah s.w.t.

Hal ini sebagaimana dikatakan sendiri oleh Rasulullah s.a.w. dalam hadits riwayat Bukhari, Abu Daud dan Turmudzi: ‘Saya akan bersama orang yang menanggung anak yatim, seperti ini, sambil beliau menunjuk jari telunjuk dari jari tengah dan ia renggangkan antara keduanya.’

Laqith atau anak yang dipungut di jalanan, sama dengan anak yatim, namun Yusuf Qardhawi menyatakan, bahwa anak seperti ini lebih patut dinamakan Ibnu Sabil, yang dalam Islam dianjurkan untuk memeliharanya. Asy-Syarbashi mengatakan bahwa para fuqaha menetapkan, biaya hidup untuk anak pungut diambil dari baitul-mal muslimin. Hal ini sebagaimana dikatakan Umar ibn Khattab r.a. ketika ada seorang laki-laki yang memungut anak, ‘pengurusannya berada di tanganmu, sedangkan kewajiban menafkahinya ada pada kami.’

Ummat Islam wajib mendirikan lembaga dan sarana yang menanggung pendidikan dan pengurusan anak yatim. Dalam kitab Ahkam al-Awlad fil Islam disebutkan bahwa Syari’at Islam memuliakan anak pungut dan menghitungnya sebagai anak muslim, kecuali di negara non-muslim. Oleh karena itu, agar mereka sebagai generasi penerus Islam, keberadaan institusi yang mengkhususkan diri mengasuh dan mendidik anak pungut merupakan fardhu kifayah. Karena bila pengasuhan mereka jatuh kepada non-muslim, maka jalan menuju murtadin lebih besar dan ummat Islam yang tidak mempedulikan mereka, sudah pasti akan dimintai pertanggungjawaban Allah s.w.t.

Karena anak angkat atau anak pungut tidak dapat saling mewarisi dengan orang tua angkatnya, apabila orang tua angkat tidak mempunyai keluarga, maka yang dapat dilakukan bila ia berkeinginan memberikan harta kepada anak angkat adalah, dapat disalurkan dengan cara hibah ketika dia masih hidup, atau dengan jalan wasiat dalam batas sepertiga pusaka sebelum yang bersangkutan meninggal dunia.

Berkaitan dengan banyaknya anak yatim/yatim piatu di Aceh, maka usaha pemerintah dan lembaga-lembaga Islam untuk mendirikan suatu lembaga yang akan mendidik mereka secara simultan, merupakan amalan yang sangat dipuji, dan sejalan dengan perintah Allah s.w.t. Karena bila mereka jatuh ke pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab, baik karena ada niat diperjualbelikan (trafficking) atau dididik tidak sesuai dengan Islam (menjadi murtadin), maka ummat Islam di Indonesia akan mengalami kerugian yang luar biasa.

Hukum Anak Angkat Dan Status Kemuhrimannya Dalam Islam

Nasab (keturunan karena pertalian darah) adalah pondasi ikatan keluarga yang paling kuat yang bisa menyatukan anggotanya secara permanen dengan berdasarkan pada kesamaan darah, gen dan turunan. Seorang anak adalah
bagian dari bapaknya dan begitu pula seorang bapak adalah bagian dari anaknya.

Ikatan nasab adalah ikatan keluarga yang sangat kokoh dan mempunyai ikatan yang sangat kuat karena dengannya lahirlah perasaan sayang dan rasa memiliki antara anggotanya. Oleh karena itu Allah telah mengkokohkan keberadaan manusia dengan nasab sebagaimana disebutkan dalam firmanNya:

Wa huwal ladzii khalaqa minal maa-i basyaran fa ja'alahuu nasabaw wa shihraw wa kaana rabbuka qadiiraa.

Dan Dia yang menciptakan manusia dari air, lalu diadakannya pertalian darah dan hubungan perkawinan, dan Tuhan itu Maha Kuasa (Al Furqon: 54).

Oleh karena itu, Islam melarang seorang bapak untuk mengingkari penisbatan anaknya kepadanya, dan melarang seorang ibu untuk menisbatkan anaknya kepada orang yang yang bukan bapaknya. Begitu pula Islam melarang menisbatkan anak-anak kepada orang yang bukan bapaknya.

Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda:

Barang siapa yang menisbatkan anak kepada orang tua yang bukan bapaknya padahal ia tahu bahwa ia adalah bukan bapaknya, maka surga haram baginya (HR. Ahmad, Bukhori, Muslim, Abu Daud dan Ibnu Majah.)

Dalam sabda lain disebutkan:

Barang siapa yang menisbatkan anaknya kepada orang yang bukan bapaknya atau membuat pengabdian (mawali) bukan kepada majikan aslinya, maka ia akan mendapatkan kutukan yang berkelanjutan sampai hari kiamat. ( HR. Abu Daud.)

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa Islam telah melarang sistem tabanny (mengangkat anak) dan membatalkan sistem yang telah dipraktekkan pada masa jahiliyah dan masa awal Islam itu.

Pada masa sebelum kenabian Rasulullah saw, Zaid bin Haritsah adalah seorang hamba sahaya dari suku Kalb yang dibeli Hakim bin Hizam untuk dihadiahkan kepada bibinya Siti khadijah, kemudian ketika Siti Khadijah menikah dengan Nabi Muhammad, ia menghadiahkannya kepada suaminya. Pada saat Bapak Zaid dan pamannya datang untuk meminta Rasulullah menyembalikannya, Rasulullah saw memberikan kebebasan kepada Zaid untuk memilih antara keluarganya atau bersamanya, tapi Zaid memilih untuk tetap bersama Rasulullah saw, kemudian beliau membebaskannya. Sejak itulah orang-orang memanggilnya Zaid bin Muhammad.

Tapi keadaan itu tidak berlangsung lama, karena Allah swt telah menurunkan perintahnya yang melarang sistem tabanny dan membatalkan prakteknya, dalam firmanNya:

Maa ja'alallahu li rajulim min qalbaini fii jauhfihii wa maa ja'ala azwaajakumul laa-ii tuzhaahiruuna minhunna ummahaa-akum dzaalikum qaulukum bi afwaahikum wallaahu yaquulul haqqa wa huwa yahdis sabiil.

Allah tiada menjadikan bagi seseorang dua hati dalam rongganya. Dan Dia tidak menjadikan isteri-isteri kamu yang kamu zhihar itu sebagai ibu-ibu kamu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu menjadi anakmu. Itu
hanyalah perkataanmu dengan mulutmu saja. Dan Allah mengatakan kebenaran dan Dia menunjukkan jalan (yang benar). (Al Ahzaab 33:4)

Ud'uuhum li aabaa-ihim huwa aqsathu 'indallaahi fa il lam ta'lamuu aaba-ahum fa ikhwaanukum fid diini wa nawaa-liikum wa laisa 'alaikum junaahum fii maa akhtha'tum bihii walaakim maa ta'ammadat quluubuhum wa kaanallaahu ghafuurar rahiimaa.

Panggillah mereka (anak-anak angkat) menurut (nama) bapaknya, hal itu lebih adil pada sisi Allah. Kalau kamu tiada mengetahui bapaknya, mereka menjadi saudara kamu dalam agama dan maula (pengabdi) kamu. Dan tiada dosa atasmu apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Alah Maha Pengampu lagi Maha Penyanyang ( Al Ahzab 33: 5.)

Larangan untuk mengangkat anak dan menjadikannya sebagai anak sendiri adalah sebagai bentuk keadilan dan kebenaran yang harus ditegakan untuk semua pihak, dan hal itu bukan untuk menghalangi umat Islam dalam membantu dan meringankan beban orang lain atau dalam melakukan kebaikan lain, secara khususnya dalam mengurus dan mendidik anak yang tidak ber-orang tua atau mengurus dan mendidik anak yang orang tuanya tidak mampu.

Hal itu bisa dilakukan melalui sistem yang disebut dengan istilah takaful atau kafil (pengasuh) anak yang tidak ber-orang tua atau yang berorang tua tapi tidak mempunyai kemampuan mendidik dan mengurusnya.

Menjadi seorang kafil adalah prilaku yang sangat mulya dan mendapatkan kedudukan yang maha tinggi, hal itu terungkap dalam sabda Rasulullah saw: saya dan kafil/pengasuh anak yatim berada di surga seperti ini, beliau menunjukan telunjuk dan jari tengahnya....... HR. Bukhory.

Menjadi kafil anak yang tidak mampu atau menjadi kafil bagi anak yang tidak ber-orang tua adalah alternatif dari menjadi bapak angkat. Menjadi kafil berbeda maknanya dengan menjadi bapak angkat karena menjadi kafil adalah mendidik anak dan mengurus sampai mereka menjadi anak yang dewasa dan mampu tanpa menjadikana anak tersebut sebagai anak kandungnya dan menyamakannya dalam warisan, gen, pertalian darah serta menisbatkan nama anak kepadanya seolah sebagai anak kandungnya (bapak asli).

Biarkanlah ia tetap menisbatkan namanya kepada bapaknya yang asli dan mendapatkan limpahan rizkinya dari kedermawanan bapak pengasuhnya sebagai sedekah dan bukan sebagai warisan karena anak asuh (atau yang dikenal dengan anak angkat) adalah bukan anak kandung dan berbeda dengan anak kandung dalam banyak hal.

Karena anak asuh (anak angkat) bukan sebagai anak sendiri, maka diapun harus diperlakukan sebagai orang non muhrim apabila ia hidup bersama kita (kecuali apabila ia diberi air susu (ASI sejak bayi) walaupun mempunyai kedekatan emosional kasih sayang yang sangat dekat, tapi tetap saja dia adalah non muhrim bagi orang tua asuhnya.

Maka apabila ia telah menjadi dewasa, maka perlakukanlah dia seperti non muhrim, baik dalam hal pernikahan, menjaga aurat, menjaga pergaulan dan lainnya. Apabila ia masih tetap tinggal bersama orang tua asuhnya, maka hal-hal di atas tetap harus diperhatikan dan ditaati.
Dan itu bisa dilakukan tanpa berjauhan selama komitmen menjalankan syariat tertanam dalam jiwanya.

Saturday, November 19, 2011

Allah Bersama Orang yang Sabar!


Sabar adalah satu sifat yang mulia. Dengan sifat sabar, kita bisa merubah lawan menjadi teman. Orang-orang yang sabar mempunyai keuntungan yang besar:

"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.

Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar."
[Fushilat:34-35]

Allah menjanjikan surga kepada orang-orang yang sabar:

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. "
[Ali Imran:133-134]

Ketika Abu Bakar tersinggung pada kerabatnya yang turut menyiarkan fitnah terhadap anaknya, Aisyah dan ingin menghentikan bantuan, turun ayat Allah yang melarang itu:

"Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema’afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"
[An Nuur:122]

Memaafkan orang bisa mendapat pahala dan lebih utama:

"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim."
[Asy Syuura:40]

"Tetapi orang yang bersabar dan mema’afkan, sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan." [Asy Syuura:43]

"Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pema’af lagi Maha Kuasa."
[An Nisaa’:149]

Kadang dalam rangka taushiyah/dakwah orang sering berkata-kata buruk terhadap orang yang tidak sepaham. Padahal dalam surat Al Ashr kita diperintahkan untuk melakukannya dengan cara yang baik dan dengan kesabaran:

"kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran."
[Al Ashr:3]

Allah tidak suka dengan orang yang suka mencaci orang lain:

"Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
[An Nisaa’:148]

Allah cinta dan bersama dengan orang-orang yang sabar:

"Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
[Al Anfaal:46]

Allah menyuruh kita sabar dan melarang kita marah meski kita dalam keadaan benar. Lihat bagaimana Allah mengecam Nabi Yunus yang marah kepada ummatnya yang jelas-jelas kafir:

"Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya).“
[Al Qalam:48]

Menjadi orang yang sabar memang sulit. Sangat sulit. Mudah-mudahan Allah SWT memberi kekuatan bagi kita hingga bisa jadi orang yang sabar dan dekat denganNya.

Di bawah adalah doa agar diberi Allah kesabaran dan wafat dengan akhir yang baik (Husnul Khatimah) di mana kita bukan hanya dicintai Allah, tapi juga manusia:





“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri kepada-Mu” [Al A'raaf 126]

Wallahu'alam

Sumber : media-islam.or.id

Cinta Sebesar Zarah


Dikisahkan dalam sebuah kitab karangan Imam Al-Ghazali bahwa pada suatu hari Nabi Isa a.s berjalan di hadapan seorang pemuda yang sedang menyiram air di kebun.
Bila pemuda yang sedang menyiram air itu melihat kepada Nabi Isa a.s berada di hadapannya maka dia pun berkata, “Wahai Nabi Isa a.s, kamu mintalah dari Tuhanmu agar Dia memberi kepadaku seberat semut zarah cintaku kepada-Nya.”
Berkata Nabi Isa a.s, “Wahai saudaraku, kamu tidak akan terdaya untuk seberat zarah itu.”
Berkata pemuda itu lagi, “Wahai Isa a.s, kalau aku tidak terdaya untuk satu zarah, maka kamu mintalah untukku setengah berat zarah.”
Oleh kerana keinginan pemuda itu untuk mendapatkan kecintaannya kepada Allah, maka Nabi Isa a.s pun berdoa, “Ya Tuhanku, berikanlah dia setengah berat zarah cintanya kepada-Mu.” Setelah Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun berlalu dari situ.

Selang beberapa lama Nabi Isa a.s datang lagi ke tempat pemuda yang memintanya berdoa, tetapi Nabi Isa a.s tidak dapat berjumpa dengan pemuda itu. Maka Nabi Isa a.s pun bertanya kepada orang yang lalu-lalang di tempat tersebut, dan berkata kepada salah seorang yang berada di situ bahwa pemuda itu telah gila dan kini berada di atas gunung.

Setelah Nabi Isa a.s mendengat penjelasan orang-orang itu maka beliau pun berdoa kepada Allah S.W.T, “Wahai Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku tentang pemuda itu.”
Selesai saja Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun dapat melihat pemuda itu yang berada di antara gunung-ganang dan sedang duduk di atas sebuah batu besar, matanya memandang ke langit.
Nabi Isa a.s pun menghampiri pemuda itu dengan memberi salam, tetapi pemuda itu tidak menjawab salam Nabi Isa a.s, lalu Nabi Isa berkata, “Aku ini Isa a.s.”
Kemudian Allah S.W.T menurunkan wahyu yang berbunyi, “Wahai Isa, bagaimana dia dapat mendengar perbicaraan manusia, sebab dalam hatinya itu terdapat kadar setengah berat zarah cintanya kepada-Ku. Demi Keagungan dan Keluhuran-Ku, kalau engkau memotongnya dengan gergaji sekalipun tentu dia tidak mengetahuinya.”

Barangsiapa yang mengakui tiga perkara tetapi tidak menyucikan diri dari tiga perkara yang lain maka dia adalah orang yang tertipu.
1. Orang yang mengaku kemanisan berzikir kepada Allah, tetapi dia mencintai dunia.
2. Orang yang mengaku cinta ikhlas di dalam beramal, tetapi dia ingin mendapat sanjungan dari manusia.
3. Orang yang mengaku cinta kepada Tuhan yang menciptakannya, tetapi tidak berani merendahkan dirinya.


Rasulullah S.A.W telah bersabda, “Akan datang waktunya umatku akan mencintai lima lupa kepada yang lima :
1. Mereka cinta kepada dunia. Tetapi mereka lupa kepada akhirat.

2. Mereka cinta kepada harta benda. Tetapi mereka lupa kepada hisab.

3. Mereka cinta kepada makhluk. Tetapi mereka lupa kepada al- Khaliq.

4. Mereka cinta kepada dosa. Tetapi mereka lupa untuk bertaubat.

5. Mereka cinta kepada gedung-gedung mewah. Tetapi mereka lupa kepada kubur.”


Sumber: http://akuislam.com/blog/kisah-tauladan/cinta-sebesar-jarrah/#ixzz1eD03vDZq

SAYYIDUL ISTIGHFAR


Nabi saw. bersabda, "Sesiapa membacanya pada siang hari dengan penuh yakin lalu dia mati pada hari itu sebelum datang petang hari maka dia termasuk dari ahli syurga. Dan sesiapa membacanya pada malam hari dengan penuh yakin, lalu dia meninggal dunia sebelum pagi hari maka dia termasuk dari ahli syurga". (HR Bukhari)

Tuesday, August 23, 2011

Hilal, Rukyah, dan Hisab



Pendahuluan

Antara perkara-perkara yang sinonim dengan Ramadhan, Hari Raya dan Qurban adalah Hilal (anak bulan) dan Rukyah1. Menjadi kebiasaan kita di Malaysia untuk beramai-ramai menghadap kaca television menantikan pengumuman oleh pemegang mohor besar Raja-Raja akan tarikh mula puasa dan Raya.

Namun setelah berada di luar negara terlintas satu masalah di mana bukan sahaja tiada autoriti induk bagi aktiviti sebegini malah terdapat juga perbezaan tarikh puasa dan raya antara rakan-rakan Muslim. Ada yang berpuasa sehari awal, ada pula yang berpuasa sehari lewat. Punca pada perbezaan ini dasar dari perbezaan taklid/ ijtihad yang digunakan.

Artikel ini ditulis hanya sebagai pendahuluan kepada pencarian ilmu dan konsep ijtihad yang lebih serius yang patut diberatkan oleh pelajar Muslim Malaysia terutamanya di negara-negara asing. Penulis tidak mencadangkan apa-apa dan cuba untuk tidak meletakkan hukum atas mana-mana ijtihad, apa yang ditulis hanyalah berasaskan ilmu penulis yang sangat sedikit.

Apakah itu Hilal?


"Mereka bertanya kepadamu tentang hilal. Katakanlah hilal itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan ibadat haji."[Al-Baqarah(2):189] 2

Dari Ibn Umar r.a. Dari Nabi saw. bahwa beliau menyebut-nyebut tentang bulan Ramadan sambil mengangkat kedua tangannya dan bersabda: "Janganlah engkau memulai puasa sebelum engkau melihat hilal awal bulan Ramadan dan janganlah berhenti puasa sebelum engkau melihat hilal awal bulan Syawal. Apabila tertutup awan, maka hitunglah (30 hari)".(Riwayat Muslim)3

Kongsikan kepada kami produk anda, lokasi perniagaan, dan kehebatan tentang produk anda! Mari daftar di http://direktori.iluvislam.com sekarang! Serendah RM5 Sebulan* Promosi RM50 selama setahun!(Sah sehingga 30 Jun 2011)

Di dalam Al-Quran dan Hadis perkataan Hilal merujuk kepada anak bulan atau bulan sabit, dalam bahasa Inggerisnya, 'Crescent moon'. Pun begitu dalam beberapa terjemahan dalam bahasa Inggeris menterjemah perkataan Hilal sebagai 'New Moon' atau Bulan Baru4.

Hilal adalah fasa seterusnya selepas fasa Bulan Baru di mana pantulan cahaya berbentuk sabit mula kelihatan. Hilal akan kelihatan lebih kurang sehari atau lebih selepas Bulan Baru. Di mana, pergerakkan bulan pada orbitnya mula membenarkan pantulan cahaya matahari pada permukaannya untuk sampai ke bumi. Cahaya yang terpantul itu yang akan kelihat sebagai bulan sabit pada pemerhati di bumi. Bulan baru dalam kalendar Islam bermula dengan Hilal bukan Bulan Baru. (Ali 2009, Shaikh 2006).

Rajah: Menunjukkan secara grafikal, pergerakan bulan pada orbitnya dan bentuk bulan yang kelihatan oleh pemerhati di bumi.

Rukyah

Rukyah adalah aktiviti melihat dan menentukan Hilal. Rukyah bukan sahaja dilakukan untuk menetukan jatuh tarikh puasa dan raya sahaja. Ianya adalah aktiviti utama untuk menentukan bulan baru setiap bulan dalam kalendar hijrah.

Bulan seperti matahari terbit dari sebelah timur dan terbenam di sebelah barat. Hilal terletak berdekatan matahari dan akan terbenam selepas matahari terbenam. Rukyah dilakukan antara waktu selepas matahari terbenam dan sebelum bulan pula menyusur terbenam. Rukyah akan dilakukan pada 29 haribulan. Secara teknikal, bulan tidak dapat kelihatan pada 28 haribulan kerana ketika itu bulan berada pada fasa Bulan Baru (Ali 2009).

Sekiranya hilal gagal kelihatan pada petang 29 haribulan, maka bulan tersebutan disempurnakan atau dicukupkan kepada 30 hari. Dengan kata lain, bulan hijriyah yang baru akan bermula pada lusa harinya, bukan keesokkannya.

Untuk Ramadhan tahun ini, Hilal akan mula kelihatan pada 20 Ogos 2009 di tengah-tengah lautan Pasifik, jauh ke barat dari Amerika Selatan. Oleh hal demikian negara yang terawal untuk melihat anak bulan pada tahun ini ialah di jepun pada hari keesokkannya iaitu pada 21 Ogos 2009 (CrecsentWatch.org).

Secara istilahnya, jika seseorang membuat kenyataan bahawa dia telah melihat hilal, dan dia adalah seorang Muslim, maka kenyataannya diterima, maka Muslim di matla tersebut perlu berpuasa pada esok hari. Namun terdapat beberapa kes di mana, kenyataan tersebut diragui kerana beberapa perkara. Antaranya, terdapat orang yang menyatakan melihat hilal pada 27 haribulan, padahal ketika itu yang dilihat bukan Hilal, tapi Waning Crecsent atau Old Moon.

Oleh hal demikian, Rukyah digalakkan dilakukan secara Jamme Ghafir iaitu oleh ramai saksi, kaedah ini digalakkan oleh Imam-Imam Mazhab seperti Imam Abu Hanifa, Malik dan Imam Ahmad. (Shaikh 2006).

Hisab

"Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak". [Yunus (10):5]

"Matahari dan Bulan beredar mengikut laluan yang diperhitungkan" [ar-Rahman(55):5] 5

Maha suci Allah yang berkuasa menciptakan sesuatu atas kehendak-Nya. Dari dua potong ayat di atas, jelas bahawa peredaran bulan dan matahari terdapat pengiraan di sebaliknya, dan dengan Izin-Allah manusia mampu memahami dan mengira fenomena ini.

Hisab atau kaedah pengiraan astronomikal dalam konteks ini merujuk kepada kaedah perhitungan pergerakkan bulan menggelilingi bumi. Pada zaman kini terdapat pelbagai badan-badan astronomi di mana-mana negara sekalipun yang mengira kedudukan bulan pada satu-satu masa. Dengan teknologi terkini kedudukan bulan boleh ditentukan dengan tepat, dan bulan boleh dilihat menggunakan telescope canggih biarpun mata kasar tidak mampu melihatnya, terutamanya dalam kes Bulan Baru.

Namun perlu diingatkan teknik pengiraan bulan bukan sesuatu yang baru. Pengiraan matematik pergerakkan bulan menggelilingi telah lama dipelopori oleh Tamadun Greek dan Tamadun India, ratusan tahun sebelum Tamadun Islam bermula. Bahkan ahli astronomi Muslim menjelajah ke India untuk belajar dan memperbaiki kaedah Hisab dan Rukyah untuk kemudahan ummah (King 1993, Ali 2009). Terdapat lebih dari satu kaedah hisab, tetapi tidak akan dibincangkan di sini kerana teknikaliti yang sangat kompleks dan perbincangan yang panjang.

Terdapat Muslim yang berpendapat bahawa Hisab boleh menggantikan kaedah Rukyah sama sekali bahkan perlu digunakan sebagai kaedah untuk menetukan kalendar Hijrah seluruh dunia atas dasar kesatuan Ummah. Pun begitu majoriti ulama menegaskan keperluan hisab hanya sebagai pembantu dalam proses Rukyah, bukan sebagai pengganti.

Salah faham umum dalam penggunaan kaedah Hisab ialah timbul apabila kekeliruan antara Hilal dan Bulan Baru. Kaedah hisab menentukan waktu "lahir" bulan baru bukan hilal. Hisab tidak mampu untuk menentukan Hilal kerana Hilal adalah sesuatu yang dilihat. Perlu diingatkan Hilal adalah pantulan cahaya dari bulan yang berbentuk sabit. Maka, apa yang terjadi apabila kekeliruan ini timbul ialah mereka akan berpuasa pada hari orang membuat Rukyah, iaitu sehari atau dua hari sebelum tarikh puasa melalui kaedah rukyah.

Tuntutan Syara'

Dalam surah al-Baqarah ayat 185, perkataan "famaan shahida minkum as-shahara" bermaksud;

'Sesiapa antara kamu yang melihat bulan'. Ayat ini merujuk terus keperluan untuk melihat sendiri Hilal. Perkataan 'shahida' memberi makna untuk melihat dalam bentuk fizikal sebagai bukti (hilalsighting.org). Maksud lain bagi perkataan 'shahida' adalah, untuk bersaksi atas suatu perkara yang dilihatnya (Ali 2009).

Afroz Ali, Presiden di Al-Ghazzali Centre for Islamic Sciences & Human Development, menekankan bahawa untuk menggunakan kaedah pengiraan semata-mata bagi menentukan tarikh tidak menepati kehendak syara' dan beliau juga menambah; Imam al-Qurtubi dalam Sabab al-Nuzul, menulis berkaitan dengan ayat 189 surah al-Baqarah seperti berikut:

"This (verse was revealed) in opposition to what the Arabs considered acceptable at their time, as their practice was to perform Hajj based upon calculation ('adad) and alterations of the months. And so Allah nullified their words and deeds by obligating sighting of the crescent". (Ali 2009)

Pada zaman Rasulullah (SAW) di Madinah, orang Yahudi juga mempunyai Kalendar Lunar6mereka sendiri, tetapi berbeza dengan Muslim, Yahudi menggunakan Bulan Baru sebagai permulaan bulan yang baru dalam kalendar mereka. Rasulullah (SAW) sebaliknya menyuruh umat islam untuk menggunakan Hilal sebagai penentu berakhir dan mula bulan-bulan Islam daripada menggunakan kalendar Yahudi (IslamMoon.com).

Maka pada hukum syara', Hilal merupakan sabab kepada mulanya puasa tetapi selepas beberapa kriteria yang ditetapkan dipenuhi iaitu Rukyah pada petang 29 haribulan bulan Islam. Dan seperti hadith Nabi, sekiranya Hilal tidak kelihatan maka dicukupkan bulan itu dengan 30 hari (Ali 2009).

Saksi sedang mengira kedudukan matahari (sumber: al-ghazzali centre)

Penutup

Muslim seluruh dunia melihatkan keperluan untuk menyatukan tarikh kalendar hijriyah sebagai lambang kesatuan Ummah. Ironiknya setiap kali Ramadhan dan dua Hari Raya (Eid), Muslim menyambutnya dalam 2-3 tarikh Kalendar Gregorian yang berbeza serata dunia, tidak cukup dengan itu masing-masing menyalahkan satu sama lain atas perbezaan tarikh tersebut.

Persoalan yang dibangkitkan ialah apakah ia tuntutan syara bagi menseragamkan kalendar Islam atas dasar syiar perpaduan Islam semata? Dalam menjawab persoalan ini, Liga Muslim Sedunia (Muslim World League), bersetuju atas beberapa perkara mengenai tarikh kalendar hijriah7:

1-Tidak ada keperluan untuk menseragamkan rukyah dan Hari Raya untuk semua negara-negara Islam. Kerana usaha ini belum tentu dapat menyatukan ummah seperti mana yang dilaung-laungkan.

2- Perihal rukyah adalah tanggungjawab pada Waqi' negara masing-masing.

3-Satu-satunya jaminan untuk kesatuan Ummah ialah apabila Muslim mahu bersatu dalam mentaati Quran dan Sunnah.

Sebagai tambahan, Salman Shaikh, Koordinator Hilal Sighting Commitee of North America menjelaskan bahawa Rasulullah tidak pernah menyamakan tarikh Eid-ul-Adha di Madinah dan Mekah (Shaikh 2006).

Terdapat pelbagai lagi persoalan yang lahir berkaitan Rukyah, Hilal dan Kalendar Hijriah, antara yang popular ialah persoalan menggunakkan Rukyah Lokal atau Global, dengan kata lain, apakah saya yang berada di Australia boleh menggunakkan keputusan Rukyah di Algeria, Arab Saudi, Argentina etc. Namun perbincangan yang panjang yang tidak disertakan dalam penulisan ini kebanyakkan berbentuk khilaf, untuk mengelakkan takalluf, saya sengaja tidak sertakan. Apa yang telah ditulis merupakan hanya sebagai pendahuluan dan sangat sedikit daripada maklumat mengenai Rukyah dan perkara berkaitan dengannya. Lagi sekali diingatkan, penulisan ini hanya sebagai pendorong untuk pembaca mencari maklumat sendiri dengan lebih lanjut.

Maha Suci Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.

Nota kaki

[1]-Terdapat dua maksud untuk perkataan Rukyah. Dalam penulisan ini, Rukyah merujuk kepada aktiviti atau kaedah melihat anak bulan untuk penentuan tarikh dalam kalendar Hijriah. Rukyah ini dieja seperti berikut (رؤْية). Perkata rukyah lain bermaksud bacaan du'a sebagai syifa' atau memohon perlindungan, Rukyah ini pula atau Ruqyah dieja dengan huruf Qaff (myks.wordpress.com).

[2] Penulis terjemah sendiri dari ayat berikut: (They ask you (O Muhammad) about the crescents. Say, "These are signs to mark fixed periods of time for mankind...) so that they mark their acts of worship, the 'Iddah (the period of time a divorced woman or a widow is required to wait before remarrying) of their women and the time of their Hajj (pilgrimage to Makkah).(Tafsir.com)

[3]- Sahih Muslim, Hadith 1795 (al-Islam.com).

[4]- 'New Moon'/Conjuction/Astronomical New Moon; merujuk kepada fasa peredaran bulan di mana 'celestial longitude' bulan adalah sama dengan matahari (Shaikh 2006, Odeh) dengan kata lain, kedudukan bulan adalah selari dengan matahari dari tempat pemerhati, menyebabkan tiada pantulan cahaya dari matahari oleh bulan sampai ke bumi; maka pada fasa ini bulan tidak dapat kelihatan. Dengan kata lain 'New moon' bermaksud 'No moon'(Shaikh 2006), saya namakan fasa New Moon sebagai Bulan Baru.

[5]-Diterjemah dari ayat berikut: The sun and the moon run on their fixed courses, calculated with measured out stages for each. (Qur'an 55:5) dan (Yusuf Ali translation):The sun and the moon follow courses (exactly) computed.

[6]-Lunar Calendar/Kalendar Lunar=Kalendar berdasarkan bulan, oppo. Solar Calendar/Gregorian Calendar=kalendar berdasarkan pergerakkan bumi menggelilingi matahari.

[7]-Penulis terjemah sendiri dari ayat berikut: "1-There is no need to peruse unification of Moon sighting and Festivals in the Islamic world. Because this pursuit will not guarantee the ummah's unification as the promoters of unification of Moon sighting and Festivals imagine. 2- That the matter of moon sighting be left to the Muslim countries and their Judicial and Juristic Councils, because that has priority as well as will yield the most benefit. 3-The only guarantee which will benefit the Muslims in unifying the ummah in its matters and issues is that they agree to abide by the Quran and Sunnah in all of their matters" (Hilalsighting.org).

Rujukan

Afroz Ali, Understanding Crescent Sighting, al-Ghazzali Centre, held on 5th July 2009 in Newcastle, NSW Australia.

Australian National Crescent Sighting Coordination Centre, URL , last view on 17th August 2009.

Dr. Salman Shaikh, Coordinator, Hilal Sighting Committee of North America, Hilal Sighting & Islamic Dates:
Issues and Solution Insha'Allaah, Presented at Islamic Crescent Observation Project Conferences in Amman, Jordan in 1422H (2001G) and in Abu-Dhabi, UAE in 1427H (2006G), URL, last view on 17th August 2009.

D. A. King 1993, Astronomy in the Service of Islam, Variorum Publication, ISBN 0-86078-357-X.

Hilal sighting committee of North America, A Refutation to ISNA/Fiqh's Council Decision to Disregard the Qur'an and the Sunnah and to follow Astronomical Calculations for Beginning an Islamic Month,URL

CrescentWatch.org, URL last view on 17th August 2009.

Ginny's thought and Things, URL last view on 17th August 2009.

IslamicMoon.com, Moon sighting News, Analysis and Articles, URL last view on 17th August 2009.

Myks.wordpress.com URL last view on 17th August 2009.

Al-Islam, www.al-islam.com, Hadis-Hadis Nabi: Puasa, URL

Online Quran project, www.al-quran.info URL (Ayat quran dalam teks arab)

- Artikel iluvislam.com

Otak, Akal, Minda Kurniaan Allah


Segala syukur dan puji-pujian kepada Allah, Tuhan semesta alam. Dialah yang berhak disembah, dipuji dan dicintai. Kami berlindung kepada Allah daripada segala macam kejahatan dan tipu daya Syaitan. Daripada segala dosa dan noda yang telah kami lakukan.

Aku bersaksi bahawa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata-mata dan aku bersaksi bahawa Nabi Muhammad S.A.W adalah pesuruh Allah. Selawat dan salam ke atas Baginda S.A.W. Sesungguhnya barang siapa yang diberikan oleh Allah petunjuk, maka tiada siapa yang dapat menyesatkannya dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah, maka tiada siapa yang dapat memberikannya petunjuk.

Otak, akal dan fikiran adalah suatu nikmat dan anugerah Allah S.W.T kepada manusia. Seringkali ketiga-tiga kurniaan ini diaggap sama namun hakikatnya otak, akal dan fikiran adalah suatu yang berlainan tetapi saling berkaitan. Otak ialah ciptaan Allah yang bersifat konkrit dan kelihatan. Bagi yang belajar subjek Biologi tentu biasa mendengar teori Roger Sperry yang menyatakan otak terbahagi kepada dua bahagian iaitu kiri dan kanan. Kedua bahagian ini mempunyai daya fikiran yang berbeza. Bahagian otak kanan membolehkan kita berfikir dengan kreatif dan berimaginasi sebaliknya bahagian kiri otak membolehkan kita berfikir dengan logik dan analisis.

Akal pula adalah suatu ciptaan Allah yang unik. Tidak seperti otak, ia bersifat abstrak atau tidak kelihatan. Namun, ia tetap wujud. Jika anda melihat pembedahan otak dilaksanakan, yang anda akan lihat hanyalah otak bukan akal. Akal ialah anugerah yang besar daripada Allah S.W.T kepada kita semua makhluk-Nya yang bernama manusia. Dengan akal darjat kita ditinggikan berbanding makhluk Allah yang lain seperti tumbuhan dan binatang. Dengan adanya otak dan akal barulah fikiran boleh dihasilkan.


Perumpamaan otak dan akal adalah umpama hardware dan software dalam komputer. Kita andaikan otak kita adalah hardware manakala akal ialah software. Kedua-dua unsur ini perlu digabungkan untuk berfungsi dengan baik. Seperti yang kita tahu, setiap hardware memerlukan software untuk berfungsi manakala tanpa hardware pula, software tidak dapat digunakan. Mustahil untuk menggunakan komputer tanpa software dan mustahil untuk menggunakan software tanpa adanya komputer.

Begitulah juga hubungkait antara otak dan akal manusia. Tanpa wujudnya otak, akal tidak dapat digunakan dan tanpa akal pula, mustahil otak dapat digunakan. Jika kedua-dua otak dan akal digunakan maka akan wujudlah fikiran. Dengan wujudnya fikiran maka manusia boleh berfikir. Fikiran pula wujudnya dalam dua keadaan iaitu fikiran keadaan sedar dan fikiran bawah sedar. Dari sudut ilmiah, fikiran sedar digunakan dalam empat tahap iaitu mengenal pasti maklumat, membuat perbandingan, menganalisis dan membuat keputusan terhadap sesuatu maklumat.

Maklumat dikenalpasti dengan menggunakan pancaindera kurniakan Allah S.W.T iaitu bau, sentuhan, penglihatan, pendengaran dan perasaan/ rasa). Perbandingan dilakukan dengan merujuk kepada bahan dan pengalaman setiap manusia seterusnya dianalisis sebelum fikiran memutuskan sesebuah maklumat itu. Sungguh hebat ciptaan Allah, hanya beberapa saat sahaja otak kita mampu memproses dan menerima berjuta-juta maklumat. Subhanallah. Firman Allah S.W.T:

"Yang telah menciptakanmu, lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuhmu) seimbang, dalam bentuk apa yang dikehendaki, Dia menyusun tubuhmu". (al-Infitar:7-8)

Minda bawah sedar pula adalah suatu keadaan di mana manusia berfikir di luar tahap kesedarannya. Mengikut teori pakar hipnosis, Milton Erickson, kemampuan berfikir di tahap bawah sedar adalah jauh lebih tinggi daripada fikiran sedar. Beliau menisbahkan kemampuan berfikir bawah sedar adalah sembilan kali ganda lebih tinggi daripada kemampuan fikiran sedar. Kadang-kala kita merasakan sesuatu memori itu telah dilupakan namun pada suatu ketika kita dapat mengingatinya kembali tanpa menyedari memori itu tersimpan di dalam otak. Maka ketika itulah fikiran bawah sedar akan keluar dan digunakan.

Sesungguhnya rahsia ilmu Allah itu sangat luas dan hakikat yang sebenar hanya Allah yang lebih mengetahui. Merenung penciptaan tiga anugerah Allah bernama otak, akal dan fikiran ini akan membuatkan kita berasa kerdil nya diri kita. Biarpun kita digelar manusia terpintar didunia ini, adalah mustahil bagi kita untuk mencipta satu ciptaan yang menyamai ketiga-tiga benda ciptaan Allah ini. Moga kita menggunakannya ke arah kebaikan dan diredha Allah S.W.T bukan sebaliknya kerana kita perlu ingat siapa yang menciptakan kesemuanya.

Biodata Penulis
Mohamad Dhiyauddin Bin Abdul Kadir. Penulis adalah lulusan UiTM Sri Iskandar, Perak dalam pengajian Bangunan. Penulis menulis bertujuan untuk berkongsi manfaat dan ilmu, insyaAllah. http://addienblog.blogspot.com

- Artikel iLuvislam.com




Sekali Air Bah, Sekali Tanah Berubah



Air? Setiap hari kita pasti meneguknya. Cuma yang berbeza adalah perisa dan warnanya. Bila tekak sudah kembali sejuk, dan dahaga sudah hilang kita sering lupa asal usul air yang diminum itu. Air yang kita teguk itu sebenarnya diturunkan daripada langit sebagai hujan oleh Allah S.W.T kemudian ia melalui pelbagai proses kitaran alam semulajadi untuk kepentingan alam ciptaan-Nya.

Begitulah ciptaan Allah yang serba unik. Sama juga seperti api, air boleh menjadi kawan dan boleh juga membawa kemudaratan pada masa-masa tertentu.

Air yang bersih dijadikan minuman oleh manusia. Air yang kelihatan ringkas tersebut sebenarnya merupakan satu ciptaan yang sangat istimewa buat seluruh alam termasuk manusia. Ia mampu membekalkan oksigen kepada tubuh badan manusia dan menghilangkan rasa haus tekak kita.

Selain itu air juga berfungsi menghidratkan semula tubuh anda setelah bergerak aktif. Air juga berfungsi sebagai laluan untuk pergerakan zat-zat makanan dan ia turut membantu untuk mengangkut sisa-sisa proses kehidupan sel di dalam badan.


Air yang diturunkan oleh Allah S.W.T sebagai hujan pula berfungsi menyuburkan tanam-tanaman dan menjadi minuman untuk haiwan-haiwan. Air yang sedia ada di muka bumi melalui proses penyejatan, lalu ia diturunkan kembali sebagai hujan dan mengalir daripada tempat yang tinggi dan kemudian membentuk sungai yang panjang dan lebar.

Disebabkan air, hidupan laut mempunyai habitat yang sempurna dan boleh bergerak bebas. Di hujung sungai terdapat muara, terbentuk di sebelah pantai yang menjadi kawan kepada lautan. Dengan air juga, wujudnya pulau-pulau yang indah di kelilingi keindahan kebiruan. Kata orang, indah pantai kerana airnya. Tidak akan wujud istilah pantai sekiranya tidak dilengkapi air laut.

Lautan yang luas ini pula menghubungkan satu benua dengan benua yang lain dan menjadi laluan penting untuk manusia berhubung sesama manusia di kawasan lain. Begitulah hikmahnya Allah menjadikan lautan sebagai penghubung, manakala manusia itu berbeza sama sekali paras rupanya.

Air juga boleh berubah sifatnya menjadi ais yang pejal. Allah itu Maha Bijaksana. Dia menjadikan udara yang sejuk agar dapat membekukan air menjadi ais. Dengan adanya ais, air yang panas boleh bertukar menjadi sejuk dan menyegarkan. Ais juga turun dalam bentuk salji di sesetengah kawasan yang ditakdirkan Allah. Salji yang turun menjadikan pemandangan lebih indah dan menarik. Iklim yang sejuk ini juga menjadi habitat kepada penguin dan beruang kutub untuk hidup dan mencari makanan.

Namun, air yang banyak memberikan manfaat ini juga mampu berubah sifat menjadi ganas. Pepatah mengatakan, "Sekali air bah, sekali tanah berubah".

Contohnya, hujan yang terlalu lebat, akan mengakibatkan banjir kilat dan banjir yang berpanjangan. Air banjir inilah yang telah mampu menenggelamkan seluruh kaum Nabi Nuh A.S yang ingkar pada perintah Allah S.W.T termasuk anak dan isteri baginda pada ketika zaman kenabian baginda dahulu. Pada masa yang sama juga air itu telah menjadi penyelamat kepada orang-orang yang beriman dan Nabi Nuh A.S kerana ia telah melayarkan bahtera Nabi Nuh A.S.

Hari ini, kita telah menyaksikan pelbagai musibah yang Allah S.W.T turunkan melalui air. Musibah-musibah ini sepatutnya menjadi pengajaran kepada kita agar usah lalai dan leka dengan dunia sehingga lupa pada Allah Yang Esa. Marilah kita sama-sama berusaha menjadi hamba Allah yang bertaqwa kerana kita telah menyaksikan bagaimana air yang begitu kuat berupa Tsunami mampu menghayutkan dan menenggelamkan Kota Acheh, Kota Muda, Sri Lanka, Fukushima, Miyagi dan lain-lain tempat didunia. Mahukah kita sekiranya Allah menurunkan bala yang sedemikian rupa ke atas negara kita?

Selain itu, salji yang turun dari langit juga mampu mengakibatkan kemudaratan. Salji yang turun tanpa henti dengan lebat boleh menyebabkan cuaca sejuk yang melampau dan ini boleh mengakibatkan kematian dan kemusnahan alam. Salji yang membeku dan terapung di atas permukaan lautan juga boleh menjadi penyebab kepada karamnya sesebuah kapal dan lain-lain lagi.

Lihat, betapa sesuatu yang dianggap kecil mampu memberi impak yang sangat besar kepada seluruh alam baik impak positif mahupun impak negatif. Sungguh, Allah menjadikan sesuatu itu dengan penuh hikmah agar kita berfikir tentang kekuasaan-Nya.

Lihatlah dengan mata hati. Fikirlah dengan Iman dan taqwa. Dengan itu, insya-Allah kita akan beroleh teladan.



"Dan tidakkah orang-orang kafir itu memikirkan dan mempercayai bahawa sesungguhnya langit dan bumi itu pada asal mulanya bercantum (sebagai benda yang satu), lalu Kami pisahkan antara keduanya? Dan Kami jadikan dari air, tiap-tiap benda yang hidup? Maka mengapa mereka tidak mahu beriman?"- (Surah al-Anbiya ayat 30)



"Dan Allah menciptakan tiap-tiap haiwan yang bergerak itu dari air; maka sebahagian di antara mereka menjalar atas perutnya dan sebahagian di antaranya berjalan dengan dua kaki dan sebahagian lagi berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa sahaja yang Dia kehendaki (selain dari yang tersebut), kerana sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu." - (Surah an-Nur ayat 45)



"Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan kebesaran-Nya dan kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kilat kepada kamu, untuk menakutkan (dari panahan petir) dan memberi harapan (dengan turunnya hujan) dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu Dia hidupkan bumi sesudah matinya dengan hujan itu. Sesungguhnya yang demikian mengandungi keterangan-keterangan bagi orang-orang yang menggunakan akal untuk memahamiNya." - (Surah ar-Rum ayat 24)

Koleksi Doa: Mohon Diberikan Rezeki Tatkala Kesempitan




"Dan tiadalah sesuatu pun daripada makhluk-makhluk yang bergerak di bumi melainkan Allah jualah yang menanggung rezekinya dan mengetahui tempat kediamannya dan tempat ia disimpan. Semua itu tersurat di dalam kitab (Loh Mahfuz) yang nyata (kepada malaikat-malaikat) yang berkenaan." - Surah Hud:6



Surah Hud Ayat 6
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ {6}
Keterangan ayat:

Menurut Hadis riwayat al-Hakim dan al-Tirmizi daripada Zaid bin Aslam r.a, beberapa orang sahabat Nabi daripada keluarga al-Asy'ariyyin yang baru sampai daripada perjalanan berhijrah merasa lapar. Mereka mengutuskan seorang dari kalangan mereka untuk mendapatkan makanan daripada Nabi S.A.W.

Apabila para utusan kaum tersebut tiba di rumah baginda Rasulullah S.A.W, beliau mendengar baginda Rasulullah S.A.W membacakan ayat ke-6 daripada surah Hud ini. Utusan tersebut pulang semula kepada keluarganya dan tidak jadi meminta makanan daripada Rasulullah kerana berasa yakin dengan doa yang dibaca oleh Rasulullah.

Setibanya beliau kepada kaum keluarganya tanpa diketahui kaum keluarganya , datanglah dua orang lelaki membawa roti dan daging untuk mereka. Walaupun mereka telah menikmati makanan tersebut sepuas-puasnya masih banyak lagi baki yang tnggal. Akhirnya mereka meminta agar diberikan kepada Rasulullah S.A.W untuk diagihkan kepada orang lain yang memerlukan makanan.

Selepas itu mereka bertemu dengan Nabi dan mengucapkan terima kasih. Rasulullah S.A.W menafikan penghantaran makanan itu. Sahabat yang merupakan utusan keluarga tersebut akhirnya membuat pengakuan yang dia tidak meminta makanan daripada Nabi Muhammad S.A.W. Rasulullah S.A.W kemudiannya menyatakan itulah dia rezeki Allah yang Allah janjikan buat makhluk-Nya.

(Tafsir al-Qurtubi, al-Durrul Manthur, tafsir ayat ke-6 surah Hud)

Alhamdulillah, maka marilah sama-sama kita amalkan doa ini dan jadikanlah ia doa amalan harian agar kita sentiasa dilimpahi rezeki Allah S.W.T terutama ketika kesempitan. Tetapi perlu juga ingat bahawa doa semata-mata tanpa usaha dan tawakal adalah tidak berguna. Wallahualam.

Sumber rujukan: Buku 101 doa Para Nabi dan Rasul dalam al-Quran oleh Ustaz Haji Zahazan Mohamed

- Artikel iluvislam.com

Monday, August 22, 2011

'Awek' Zaman Sekarang

Zaman sekarang bukan main mudah nak dapat 'awek'. Umpama petik jari sahaja dah boleh dapat. Masakan tidak? Kenyit-kenyit mata sikit, bomkan ayat-ayat cinta sikit, 'confirm' dah boleh dapat.

Zaman sekarang bukan main mudah untuk dapat 'awek muslimah'. Mungkin tidak semudah petik jari tetapi kalau bijak bermain kata, cuba ucapkan ayat-ayat berbaur keinsafan sikit, tunjuk gaya penampilan yang nampak alim sikit, ucapkan kata-kata tazkirah 'confirm' dah boleh dapat.

Haih! Inilah yang terjadi apabila terlalu kerap disajikan program-program televisyen (drama/ realiti tv/ filem) yang konon-konon berbentuk keagamaan tetapi banyak yang tidak mengikut syariat.

Bagaimana boleh watak seorang ustaz dipaparkan sedang bercinta dengan seorang wanita 'alim'? Dan bagaimana pula sekumpulan pelajar Mesir yang ditunjukkan dalam sebuah drama pergi melancong berempat (dua lelaki dan dua perempuan) bersama-sama seolah-olah mereka tidak tahu bahawa perkara-perkara begitu boleh menimbulkan fitnah? (kerana bukan urusan penting)

Patutlah segelintir remaja yang tidak memahami konsep bercinta 'cintun' menganggap bahawa 'couple' itu dibenarkan dalam Islam asalkan tidak pegang tangan dan bersentuhan cukuplah untuk perkara itu menjadi halal.




Tetapi, zaman sekarang bukan main payah untuk kita jumpa dan miliki hati Muslimah Mujahidah Solehah, kerana mereka ini bukan sebarang wanita.

Mereka ialah wanita-wanita yang berpegang pada prinsip hidup! Bagi mereka ketegasan terhadap kaum Adam itu adalah satu mutiara dalam hidup mereka, sifat manja (gedik) terhadap kaum adam yang ajnabi langsung tidak akan wujud dalam diri mereka!

Inilah contoh Muslimah Mujahidah Solehah! Jadi, wahai kaum hawa buatlah pilihan untuk berada di golongan wanita yang bagaimana. Saya yakin! Anda sudah mampu berfikir yang baik dan buruk tentang sesuatu perkara.

Aku Cinta Dunia dan Kasih Arak Nafsu


Nama aku Jun, seorang gadis biasa yang baru menjangkau usia 21 tahun. Sebelum ini, aku merupakan seorang gadis yang gemarkan hiburan dan perkara yang melalaikan.

Namun, kini aku sudah tidak seperti dahulu. Aku tidak merasakan bahawa Dunia ini telah mengajar aku erti kebaikan. Bagiku, Dunia ini mengajarku erti kekejaman dan kejahatan di samping mengajar aku erti kehidupan. Kisah aku bermula ketika aku mula mengenali Dunia seawal saat aku dilahirkan.

Aku lahir di sebuah kampung dan ku labuhkan usiaku bersama si dia yang bernama Dunia.

Sejak kecil lagi aku mengenali Dunia, dialah yang banyak mengajar aku erti kehidupan. Setiap manusia yang kukenali, Dunialah yang mengajarku siapakah sebenarnya mereka itu. Tatkala usiaku tiba ke pertengahan kehidupan. Ketika itulah aku sudah bangkit menjadi seorang remaja dan aku berhijrah ke bandar besar untuk mencari kerja bagi menampung kehidupanku bersama Dunia.

Aku pergi bertemankan Dunia, hidupku dipenuhi perasaan gembira. Akhirnya aku tiba di bandar di mana aku telah ditawarkan untuk bekerja dengan mudah. Aku bertambah gembira.

"Hari ini awak ditawarkan kerja di bahagian pengurusan makanan. Saya akan letakkan awak di bahagian kaunter juruwang. Untuk awak, saya berikan masa sehari berehat. Esok awak boleh mulakan kerja...Ok?" jelas bakal bosku, Mejuez ketika menerangkan tugasanku.

"Baik bos...Terima Kasih banyak." Jawabku dengan perasaan gembira kerana telah diterima untuk bekerja.

Keesokan harinya aku mulakan kerja, Dunia yang setia bersamaku telah mengajarku penat lelah bekerja. Mejuez, bos di tempat ku bekerja cukup baik sekali.

"Jun...Awak ke sini kejap. Hari ni ada stok baru sampai. Nanti awak tolong aturkan barang-barang baru ini ke dalam stor boleh? Saya nak kira kuantiti barang yang sampai dan kuantiti pesanan untuk esok." Ujar bosku di saat aku sedang sibuk menguruskan tugasan aku sebagai seorang juruwang.

Semakin hari, aku semakin leka bersama Dunia. Aku telah lupa pada kampung halaman. Aku telah lupa pada keluarga di kampung. Bagiku, cukuplah sekadar dunia menemaniku di sini. Aku lebih bahagia.

Dunia kini membawa aku mengikut langkahnya. Langkah demi langkah aku diajar olehnya. Malam yang sepatutnya ku luangkan di rumah, aku habiskan di luar mengikut rentak Dunia. Disebabkan Dunia juga aku mula mengenali kawan baru yang bernama Cinta.

Cinta, sungguh tampan bagiku. Dia membawa aku hanyut ke lautan asmara yang palsu, tetapi bagiku Cinta yang memberiku kepuasan hidup. Dunia dan Cinta bersatu dan membawa aku melangkah ke kelab malam buat pertama kalinya. Sedang hanyut dan leka dibuai lagu-lagu berentak moden dan mengasyikkan, Cinta memperkenalkan aku dengan sahabatnya iaitu Kasih. Maka aku terus hanyut dengan ombak Kasih yang diberi oleh seorang jejaka tampan yang bagiku cukup sempurna. Wajahnya tampan, hartanya melimpah. Kini aku merasakan hidupku makin sempurna bersama Dunia, Cinta dan Kasih.

Layanan perasaan aku terhadap Dunia, Cinta dan Kasih membuatkan aku leka dengan segala ayat-ayat manis yang ditaburkan oleh si jejaka. Aku semakin jatuh hati padanya. Malam-malam berikutnya aku dibawa ke kelab malam tersebut lagi oleh Dunia dan Cinta dan di sana aku menemui Kasih yang merupakan penyeri hatiku ketika itu.

Hinggalah suatu hari yang tenang seperti biasa, si jejaka memberikan aku air minuman yang dinamakan Arak. Selepas meneguk minuman tersebut, Dunia memperlihatkan nikmatnya kehidupan. Dunia yang bersamaku kini sudah berubah wajah. Bersama Dunia yang baru aku lebih merasakan hidupku tenang tanpa masalah. Aku tidak sedar langkahku bersama Dunia kini kian rapuh. Sejak itu aku menjadikan Arak minuman kegemaranku. Kerana Arak mampu mengubah Duniaku.

Tidak lama selepas itu, aku berkenalan pula dengan Nafsu, si serakah. Dunia, Cinta dan Kasih jugalah yang telah memperkenalkan Nafsu kepadaku. Aku, Dunia, Cinta, Kasih dan Nafsu berhibur hingga ke pagi. Kami berbual, berparti, menari membuatkan aku penat dan letih dalam kepuasan sendiri.

Aku tertidur kerana rasa mengantuk dan penat. Kasih, Dunia, Cinta ditemani jejaka tampan menjemput aku dan membawaku ke biliknya.

Setengah jam masa berlalu, tiba-tiba Kasih dan jejaka tampan datang ke arahku yang telah berada di kamar Neraka, mereka mencumbui aku, meraba-raba aku. Akhirnya Nafsu yang tidak kelihatan tadi kini sudah pun turut berada sama di situ. Mereka berganding bahu merosakkan aku dengan rakus sekali. Aku menangis dan tersedar. Di mana Dunia yang bersamaku dahulu? Siapakah Dunia yang bersamaku kini? Siapakah mereka yang lain ini? Aku keliru dalam sendu.

Dek kerana aku berkawan dengan Dunia aku kenal ranjau-ranjau kehidupan, kemudian aku kenal dengan Cinta, dek kerana Cinta aku kenal akan Kasih dan Arak. Dek kerana Arak lah ibu segala punca aku mengenali Nafsu yang serakah!

Mereka 'sialan' hidupku, Dunia yang mengajar! Aku mengikut! Lantas mereka menjadikan aku mangsa kehidupan!

***

"Kenapa dengan awak Jun? Awak nampak lain je hari ni?" Tanya bosku Mejuez kepadaku selepas peristiwa itu. Aku menceritakan hal yang sebenarnya kepadanya dalam sendu penyesalan yang teramat sangat dan hajatku untuk bertaubat kepada Yang Esa. Air mataku merembes keluar. Lantas aku mula bercerita segalanya...

"Aku lahir di sebuah kampung dan ku labuhkan usiaku bersama si dia yang bernama Dunia. Sejak kecil lagi aku mengenali Dunia, dialah yang banyak mengajar aku erti kehidupan. Setiap manusia yang ku kenali, Dunialah yang mengajarku siapakah sebenarnya mereka itu. Takkala usiaku tiba ke pertengahan kehidupan. Ketika itulah aku sudah bangkit menjadi seorang remaja dan aku berhijrah ke bandar besar untuk mencari kerja bagi menampung kehidupanku bersama Dunia..."


Biodata Kolumnis
Mohamad Syazwan, seorang blogger biasa yang suka bercerita mengenai hal dunia dan semasa. Seorang penulis bebas di alam maya. Blog menjadi tempatnya untuk luahkan isi hatinya dan pendapatnya. Laman web beliau boleh dilayari di: www.mejuez.com.

Bila Cinta Berputik. Adakah Dia Jodohku?


"Tiada terfikir,
Terlintas Engkau akan tiba,
Membawa perangsang.

Tiada terfikir, Terlintas,
Engkaukan membuka,
Sempadan perasaan.

Bunga kembang bertali hati, Bunga kembang di puncak akli"

Begitu indah cinta, membawa perasaan yang tidak dapat digambarkan dengan kata-kata. Akan tetapi diluah melalui boneka jasad serta lirikan mata, lidah kelu diam seketika, jantung berdegup pantas tidak mencemaskan tetapi indah.

Remaja pada awalan usia mereka merasakan diri mereka ingin dicintai dan ingin mencintai. Akhirnya mencari cinta. Cinta pada usia muda yang sering digelar cinta monyet.

Tidak kurang pula ketika mereka melangkah ke menara gading. Mitos memaksa mereka mencari pasangan sebelum mendaki anak tangga pentas konvokesyen, kononnya, menara gading tempat mencari pasangan hidup yang akan hidup bersama mereka selepas graduasi.

Akan tetapi, alangkah sedihnya cinta yang berputik dan berbunga-bunga akhirnya tewas, melebur membentuk luka yang pedih dan sakit. Sesak nafasnya!

Lebih teruk kesannya jika apabila mereka sedar (meskipun tidak mengakui atau tidak menunjuk) bahawa perjalanan kisah cinta mereka telah pun melangkaui batasan agama, bersentuhan, berkucupan, berkhalwat dan terlanjur. Malu dan kesal serta sedih kerana diri telah menjadi tidak suci dan kotor, akan tetapi orang yang bersama-sama untuk berkongsi kotor dan jijik tidak lagi bersama. Risau pula jika perbuatan mereka dikhabarkan.

Yang nyata dan pasti, kamu tidak terlepas dari pandangan Allah dan Allah mengetahui perbuatan kemungkaran kamu. Taubatlah!

Jika kamu merasakan dia jodohmu, adakah dia mengajak kamu kepada kebaikan lebih banyak daripada membawa kamu kepada kemungkaran?

Oleh sebab itu, saya ingin mengajak para adik-adik untuk berfikir sejenak apakah niat kita bercinta dan di mana kita mahukan ia berakhir? Terutamanya adik-adik yang bakal bergelar graduan.

Ketika cinta kamu berputik pada si dia dan kamu sendiri mengakui di dalam hati kamu bahawa kamu ada rasa sayang pada dia, dan hati kamu punya rasa cinta padanya, renung seketika, di mana kamu ingin meletakkan cinta Allah yang jauh lebih hebat dari dia.

Jika cinta Allah lebih kamu sayang, letaklah cinta Allah sebagai batasan pergaulan kamu.

Apabila kisah cinta mula melorot dari satu episod ke satu episod yang lain. Renung kembali apa salahnya kamu pada Allah dan apa ajarannya telah kamu ikuti?

Pada ketika itu, fikirlah adakah pernikahan yang kamu cari atau hanya suka-suka? Jika suka-suka, tiada cinta yang berharga dari kamu dan untuk kamu. Jika pernikahan yang kamu cari, maka tidak usahlah buang masa lagi. Dekatilah pernikahan kerana kamu perlu mencari keredhaan Allah.

Bersama keredhaan Allah, langkah-langkah kamu menghampiri pernikahan sangat mudah jadinya. Kadang-kala di luar jangkaan kamu. Namun, jika dugaan yang datang, tabahkan hati tetapkan niat kamu untuk mencapai keimanan yang lebih baik melalui pernikahan.

Kerapkan menunaikan solat sunat tahajjud dan istiqarah. Mohonlah ditunjukan jalan dan memastikan dialah jodoh kamu. Jika tidak diilhamkan bahawa dia adalah jodoh kamu, terima qada Allah, teruskan kehidupan dan persahabatan, serta carilah pasangan yang bakal menjawab istiqarah sebagai jodoh kamu.

Jauhi dari hati yang makin berbunga dan berputik cinta walhal kita sebenarnya jauh dari jodoh. Itu hanya melukakan hati yang sangat lembut ini.

Cinta sesama manusia tentu tidak setanding dengan cinta dari Allah S.W.T, tetapi, kerana cintakan Allah, kita mencintai manusia juga.

Cinta berputik biar bertapis. Agar diberkati dan diredhai Allah S.W.T.


Biodata Penulis
Zulakmar Hazwan. Merupakan seorang perunding kejuruteraan yang banyak berkongsi ilmu dari pengalaman dari pemerhatian dan pemikiran berlandaskan ilmu-ilmu didapati dari kuliah dan bacaan. Aktif menghadiri majlis perkongsian ilmu (knowledge sharing) dan berkongsi terutamanya di laman webnya sendiri www.notafikir.com.

Tanda -Tanda Malam al-Qadar




Kata orang lihat pada sebelah paginya : tidak sejuk, tidak panas. Tidak terang dan agak redup. Kata yang lain, ada air yang membeku. Tidak ada salakan anjing. Suasana tenang luar biasa. Syahdu dan sayu, dakwa sebahagian yang lain. Ada yang lebih yakin, mengatakan pada malam Jumaat 21 Ramadhan yang lalu. Itu malam ganjil, ditambah pula malam Jumaat. Lantas saya ada menerima SMS, ada sahabat-sahabat yang kesal kerana "terlepas" malam al-Qadar.

Satu SMS menyatakan," Ramai cakap malam tadi (21 Ramadhan) Lailatul Qadar. Saya memang minta sangat nak ketemu dengannya. Tapi malam tadi mengantuk luar biasa.



Rasa rugi kalau terlepas!" Memang rasa kesal akibat terlepas peluang keemasan untuk lebih dekat dengan Allah itu baik. Tetapi jangan terikat dengan al-Qadar, hingga semangat beribadat luntur akibat terlepasnya. Lalu saya balas SMS itu dengan kata, " Jadilah hamba Allah sejati yang beribadah sepanjang masa, di setiap keadaan dan suasana. Jangan jadi "hamba" malam al-Qadar yang beribadah hanya pada malam itu sahaja."

Sayangnya, kita lebih terfokus melihat tanda-tanda mendapat al-Qadar pada alam, pada pokok, air dan lain-lain yang berada di luar diri. Sedangkan tanda mendapat al-Qadar itu ada pada diri sendiri. Bukankah mereka yang bertemu dengan malam al-Qadar amat bertuah kerana doa, taubat dan hajatnya "diangkat" oleh para malaikat lalu dimakbulkan Allah? Jadi, jika seseorang mendapat al-Qadar tentu jiwanya lebih tenang, akhlaknya menjadi lebih baik dan ibadahnya (sama ada habluminallah dan habluminannas) bertambah lebat.

Justeru, tepuk dada dan tanyalah diri sendiri, bagaimana akhlak kita selepas "malam tadi" (malam yang dirasakan malam al-Qadar) apakah sudah berubah, terasa lebih ringan melaksanakan kebaikan dan rasa semakin enggan melakukan kejahatan? Jika ya, ya, kita telah mendapat malam al-Qadar. Bagaimana pula dengan sifat mazmumah – marah, hasad dengki, dendam, penakut, bakhil, cinta dunia, gila puji, riyak, ujub, cinta makan? Apakah semua sifat mazmumah itu semakin kendur, kalau tidak pun lebur sama sekali? Jika jawapannya ya, ya, malam al-Qadar sudah menjadi milik kita!

Malam al-Qadar ialah malam yang paling sibuk laluan ke langit dunia (umpama trafik jam) kerana turunnya pelbagai malaikat yang tidak kira banyaknya. Meriah sungguh sampai terbit fajar. Malaikat turun secara luar biasa banyaknya itu termasuklah yang paling tinggi pangkatnya di kalangan mereka – malaikat Jibrail. Masing-masing ada tugasnya. Pelbagai urusan dilaksanakan oleh mereka.

Salah satu urusan ialah "bertamu dalam hati" orang Islam yang bersih hatinya. Sekali bertamu tetapi kesannya berpanjangan. Impaknya, hati orang yang pernah menjadi tempat singgah malaikat akan berubah. Bisikan para malaikat mula mengambil tempat yang khusus dan menjadi begitu dominan dalam kehidupan seseorang itu. Mulai detik itu bisikan kebaikan (dari malaikat) akan mengatasi bisikan kejahatan (dari Syaitan) dalam hati orang tersebut.

Ya, hidup ini sebenarnya kita lalui antara dua bisikan. Pertama, bisikan "hati kecil" yang suci dan baik. Kedua, bisikan "hati besar" yang kotor dan jahat. Bisikan ini sentiasa berperang dalam hati. Justeru, hati hakikatnya adalah wadah rebutan antara Malaikat dan Syaitan. Antara ilham dan was was. Siapa yang menang, dialah yang akan menakluki hati dan terarahlah hati itu ke arah yang dikehendaki oleh "penakluknya".

Orang yang mendapat malam al-Qadar sungguh bertuah. Hasil mujahadah, doa, taubatnya pada malam berkenaan, malaikat terus bertamu dan mendominasi hatinya. Sejak malam itu suara hati kecilnya akan sentiasa mengatasi hati besarnya. Mujahadahnya akan terbantu. Perjalanannya menuju Allah akan lebih terpimpin dan terjamin. Hatinya menjadi pusat kesucian dan kebaikan, maka lahirlah yang baik-baik sahaja pada tindakan dan percakapan. Mahmudahnya menenggelamkan mazmumah.

Itulah hati orang yang telah mendapat malam al-Qadar. Orang lain mungkin tidak perasan pada awalnya. Ia hanya dapat dirasai oleh orang yang mengalaminya. Rasa tenang, bahagia, lapang dan sejuk. Kemudian sedikit demi sedikit orang lain mula ketara. Ah, dia sudah berubah. Ah, indahnya perilakunya. Subhanallah, dia telah berubah. Apa yang ada dalam hatinya mula terserlah. Dan itulah tanda-tanda malam al-Qadar tahun itu yang paling ketara dan terasa, bukan pada alam dan jagat raya tetapi pada diri manusia makhluk yang paling sempurna.

Semoga malam-malam berbaki ini, kita akan menambah pecutan amal. Tidak kiralah sama ada al-Qadar telah berlalu atau masih menanti detik untuk bertamu. Kita tidak akan menunggu tetapi kita akan memburu. Kita akan terus memburu sekalipun malam ganjil telah tamat dan Ramadhan sudah berakhir. Sampai bila? Sampai bila-bila. Kerana bagi mukmin yang cintakan Allah, setiap malam adalah malam al-Qadar. Al-Qadar boleh datang, boleh pergi, tetapi Penciptanya sentiasa ada, sampai bila-bila. Semoga kita mati, setelah bertemu malam al-Qadar ini (1430 h) atau dalam perjalanan menuju malam al-Qadar nanti.

Persediaan menenemuinya bukan dibuat semalaman, seharian, mingguan atau bulanan. Tetapi seluruh hayat kita adalah persediaan untuk "menemuinya". Mengapa? Kerana perjuangan membersihkan hati adalah perjuangan sepanjang hayat. Qalbun Salim (hati sejahtera) itu adalah cita-cita abadi kita!

Ya Allah, untuk mengatakan cinta, aku takut berdusta. Untuk mengatakan tidak, aku takut derhaka. Aku hanya insan hina, yang sedang jatuh bangun di jalan berliku menuju-Mu. Bantulah aku, kesihanilah aku, sayangilah aku. Jangan KAU pinggirkan aku wahai Rahman, wahai Rahim.

Saturday, August 20, 2011

Anugerah untuk Umat Muhamad




Sesungguhnya masih belum terlewat untuk kita kembali memanfaatkan bulan Ramadan ini dengan mengamalkan amalan-amalan berikut :

Berusaha mendapat kelebihan Lailatul Qadar dan keberkatan-Nya terutama pada malam sepuluh terakhir Ramadan.

Berusaha membanyakkan amal ibadah pada bulan Ramadan ini seperti sembahyang terawih, membaca al-Quran, beriktikaf dan bersedekah.

Sentiasa memohan keampunan dari Allah dan pembebasan dari azab api neraka.

Menunaikan kewajipan membayar zakat fitrah untuk diri dan tanggungannya kita.

Kita semua menyedari bahawa pada waktu dan saat begini, kemeriahan menyambut awal Syawal atau hari raya semakin dirasai. Masing-masing sudah berkira-kira dan merancang perjalanan untuk pulang ke kampong atau membuat persiapan menyambut hari lebaran.

Sememangnya agama Islam tidak melarang kita membuat persediaan bagi memeriahkan sambutan hari raya. Ini kerana hari raya adalah hari kemenangan kita ummat Islam melaksanakan rukun Islam ketiga dan berjaya menumpaskan hawa nafsu dan godaan syaitan.

Cuma kita diberi peringatan agar jangan mengabaikan nilai dan roh Ramadan sehingga seolah-olah ibadah puasa yang kita kerjakan langsung tiada memberi kesan yang baik kepada diri kita. Sewajarnya sembahyang terawih yang dikerjakan setiap malam Ramadan dapat membiasakan kita mengamalkan sembahyang-sembahyang sunat yang lain.

Kesabaran menahan lapar dan dahaga sepanjang siang Ramadan juga sewajarnya menjadikan diri kita lebih sabar menjalani liku-liku kehidupan. Latihan kesabaran tersebut dapat membuang sikap panas baran, gopoh-gapah dan mementingkan diri sendiri yang mungkin menjadi kebiasaan kita sebelum ini .

Begitu juga, berpuasa dapat mengembalikan kesihatan tubuh badan yang mungkin sebelum ini kita tidak berkesempatan mengamalkan pemakanan yang seimbang.

ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّـهَ مَوْلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَأَنَّ الْكَافِرِينَ لَا مَوْلَىٰ لَهُمْ
Balasan yang demikian, kerana sesungguhnya Allah menjadi Pelindung orang-orang yang beriman, dan sesungguhnya orang-orang yang kafir: tiada sesiapapun yang dapat memberikan perlindungan kepada mereka.
(Surah Muhammad 47: Ayat ke 11)

Cinta kepada Allah




Cinta buta, cinta mati, cinta yang membawa maut dan bermacam-macam lagi cinta selalu dikenali di sekitar para remaja masa kini. Cinta memang wujud, tidak benar andai seseorang itu berkata dia tidak pernah jatuh cinta atau sedang bercinta. Berkemungkinan cinta mereka tidak berbalas dan oleh sebab itu seseorang berkelakuan tidak ingin bercinta dan ingin hidup seorang diri.

Tetapi, cuma satu sahaja manusia sering lupa. Cinta sesama insan tidak akan kekal lama. Ini kerana, kita ada Tuhan dan Tuhan kita adalah Allah. Allah berkuasa menarik apa sahaja yang Dia ciptakan termasuk orang yang kita sayang .

Oleh itu, renungkan dan ingatlah bahawa cinta pada manusia tidak kekal lama tetapi cinta pada Allah tidak akan pudar buat selam-lamanya.

Sejadah Cinta

Dalam menjalani sisa-sisa hidup, lebih banyak rintangan dan dugaan melanda diri ini. Semakin hari, semakin membuatkan aku mengingati zaman silam, zaman di mana ketika aku dilanda pelbagai maksiat serta kemungkaran. Semakin banyak aku ingatinya kembali, semakin deras air mata yang mengalir.

"Adik… adik dah solat Asar ka?" Tanya ibu kepada aku.

"Dah ibu, baru sudah solat bu."









Itulah jawapan nafsu aku, ketika mana ibu bertanyakan tentang solat aku. Ketika itu usiaku sudah meningkat remaja. Solat belum pernah aku sempurnakan. Aku anak kesayangan ibu dan bapa aku. Bapa dan ibu sudah lanjut usianya, ketika aku dilahirkan ibuku sudah menginjak ke usia 40-an, sudah 20 tahun lebih ibu dan bapa aku berumahtangga, tetapi hanya aku satu-satunya anak tunggal mereka. Aku dilayan seperti seorang raja di rumah, semua kehendak aku disempurnakan mereka. Sehinggakan mereka tidak pernah sekalipun menjentik tubuh badanku.

Bapaku hanya tahu mencari nafkah zahir untuk keluarga, tidak pernah dia memberi nafkah batin kepadaku. Tidak pernah aku solat berjemaah dengannya dan bapa juga tidak pernah mengajarkan aku satu huruf daripada al-Quran pun. Yang pasti aku dilahirkan dengan penuh kemewahan. Aku selalu pulang lewat ke rumah, tetapi tidak pernah satu suara pun yang keluar dari mulut kedua orang tuaku untuk menasihatkanku. Aku hidup dalam Syurga dunia, aku buat semua yang terlintas di fikiranku, mengikut selera nafsuku. Bermacam jenis maksiat aku lakukan, tidak pernah aku puas. Tergambar Islam itu hanya solat dengan puasa sahaja bagiku.

Aku membesar dengan kekayaan serta kejahilan. Pada usiaku mencapai 20-an, ibu bapaku pergi ke luar Negara. Perginya mereka, pergi buat selama-lamanya. Ketika berita kemalangan itu, aku merasakan seperti jantungku berhenti berdegup, mataku berhenti berkelip, aku kaku, air mataku mula mengalir deras. Aku sudah yatim piatu. Aku tiada saudara mara. Ke mana aku selepas itu... aku kemudiannya dibela oleh rakan bapaku, rakan baiknya di pejabat. Bermulalah kehidupan baruku, aku mula merasakan hidupku tidak seperti dahulu, aku mula dikawal, aku mula di'undang-undang'kan.

Di rumah itu aku merasakan suatu yang berlainan dari cara kehidupanku dahulu, kalau nak sarapan, kena solat Subuh dahulu, nak makan tengah hari, kena solat Dhuha dahulu. Tika itu, aku tidak mengenal apa itu solat Dhuha. Setiap perbuatan pasti akan ada undang-undangnya. Rutin harianku diselang dengan ibadat, hari-hari aku berbohong. Sehinggalah suatu hari, di mana anak bongsu ayah angkat aku balik, namanya Hajar, dia muda tiga tahun daripada aku. Ketika mula melihat dia, aku merasakan kelainan pada dirinya. Sememangnya dia gadis yang baik. Aku agak malu dengannya, tidak sama dengan perempuan-perempuan lain sebelum ini. Suaranya yang samar-samar, membuatkan aku tertanya-tanya.

"Kenapa dia ni takut-takut ja nak cakap? Dah la pelik, dalam rumah pun nak pakai sarung kaki ka? Sejuk kot." Aku bercakap dengan hatiku sendiri.

Aku mula tertanya-tanya dalam diri, sejak mula dia pulang ke rumah. "Kenapa ya dia pakai tudung sampai ke lutut, tak panas ka? Orang lain tak pakai pun. T-shirt yang dia pakai pun labuh-labuh."

Aku semakin ingin mengetahui. Ada suatu pagi, terdengar suara tersedu-sedu menangis dari kamar Hajar. "Kenapa la dengan dia tu, dah pukul lima pagi ni, nangis pulak." Aku mula terdengar suara yang semacam bercakap Arab. "Ganjil betul la dia ni, tadi nangis pastu baca bahasa Arab pulak." Bisik hatiku, berbagai persoalan timbul di ruang fikiran.

“Dia study kot, atau dia gagal dalam exam, sebab tu dia menangis.” Hati kecil aku membisik. Setiap malam, aku mendengar tangisan yang sama dan semua tu dah dianggap biasa bagi aku. "Biar la dia nak menangis pun, rumah dia kan." Hati kecil aku mengomel lagi sendirian.

Setelah seminggu Hajar di rumah, aku tidak berpeluang lagi berborak dengannya. Dia seorang pemalu, orang cakap apa 'Muslimah' tapi bagi aku pada masa itu semuanya sama sahaja. Kalau duit ada semua boleh dapat. Pada suatu hari aku melihat Hajar bersendirian, aku mula mendekatinya, dia seakan-akan hendak menjauhkan diri. Aku memulakan langkah untuk menyekatnya.

"Assalamualaikum." Perkataan spontan keluar dari mulutku. Hajar menjawab salamku. Aku usahakan lagi dengan mengajukan soalan kepadanya.

"Macam na study, ok ka? Belajar dalam bidang apa? Berapa tahun lagi belajar? Ooo... saya belajar kat Utm KL, bidang kejuruteraan." Bermacam-macam soalan diajukan, Hajar seakan-akan hendak melarikan diri. Setelah tiga minggu bertemu dengan Hajar, hatiku mula terbuka untuknya, aku rasakan dia wanita yang aku cari selama ini.

"Yang ketat-ketat tu wat awek ja, nak wat isteri mesti cari yang solehah." Teringat kembali kata-kata kawan-kawan aku. Memang betul kata mereka, aku mencari masa yang sesuai untuk meluahkannya. Sampai satu masa, Hajar sedang membaca novel 'Ayat-ayat cinta' aku mula tersenyum, merasakan peluang semakin cerah, aku merasakan dia pun minat cinta-cinta ni.

Aku mula menyapa, "Best ka novel tu?" Dia menganguk. Aku mula bertanya, "Pernah couple ka? Atau sedang couple sekarang?" Dia senyap... mungkin malu agaknya, aku mula keluarkan mukadimah cinta, tanpa segan dan silu aku mengungkapkan.

"Jom kita couple. Nak?"

Hajar terkejut dengan kata-kata aku, dia mula membuka mulutnya, "Saya minta maaf Yusof, saya tak boleh couple dengan Yusof." Suara yang penuh hormat keluar dari mulutnya. Aku terdiam... merasa malu mungkin, dalam sejarah ayat-ayat cintaku tidak pernak ditolak.

Aku bertanya "Kenapa tak boleh? Dah berpunya ke?" Hajar menjawab, “Tidak Yusof, saya… saya tak pernah couple dan kita orang Islam tak boleh couple. Haram!"

Aku mula merasa satu benda yang jauh berbeza dari sudut pandangan aku. Aku mula bertaya, "Bukankah kita diciptakan berpasang-pasangan dan saling cinta-mencintai?" Aku mula yakin dengan persoalan aku.

"Ya, betul tu Yusof, tapi kita ada batas-batasnya. Kita boleh bercinta tetapi selepas nikah, cinta-mencintai kerana Allah. Cintalah Allah, insya-Allah cinta manusia akan menyusur." Ringan jawapannya, tetapi berat bagi aku menerimanya.

Aku mula menjauhkan diri. Malu aku rasakan, hari ke hari, aku semakin yakin Hajar jodoh aku. Aku mula beribadat dan menuntut ilmu agama untuk mendapatkan Hajar. Semakin belajar, semakin banyak aku hendak mengetahuinya, aku kini semakin cintakan ilmu agama, aku mula sedar aku hanya seorang hamba, banyak kesalahan yang aku lakukan selama ini, aku beribadat kerana riak, kerana menunjuk-nunjuk, kerana seorang wanita.

Niatku mula berubah, aku kini mencari cinta yang hakiki. Aku mula hamparkan sejadah cinta di hening malam. Aku bertaubat, aku menangis, aku mengharap dosa aku diampunkan, aku mengharap cintaku kepada-Nya diterima. Kini baru aku sedar, tangisan Hajar bukan tangisan kedukaan dunia, tetapi tangisan mengharap kebahagiaan Akhirat. Aku bukan Yusof yang dulu, aku bangun dan terus bangun, mengharap nur kasih, cinta hamba kepada Pencipta.

Malam Lailatul Qadar

Malam Lailatul-Qadar sunat dicari, kerana malam ini merupakan suatu malam yang diberkati serta mempunyai kelebihan dan diperkenankan doa oleh Allah S.W.T. Malam Lailatul-Qadar adalah sebaik-baik malam mengatasi semua malam termasuk malam Jumaat. Allah S.W.T. berfirman dalam Surah Al-Qadr 97: Ayat 3.

Maksudnya:

"Malam Lailatul - Qadar lebih baik daripada seribu malam."

Ertinya menghidupkan malam Lailatul-Qadardengan mengerjakan ibadah adalah lebih baik daripada beribadah pada seribu bulan yang tidak ada Lailatul-Qadar seperti sabda Nabi S.A.W.:

Maksudnya:




"Sesiapa menghidupkan malam Lailatul-Qadar kerana beriman serta mencari pahala yang dijanjikan akan mendapat pengampunan daripada dosa-dosa yang telah lalu."

Diriwayatkan daripada Saiyidatina Aisyah R.A bahawa Rasulullah S.A.W apabila tiba 10 hari terakhir bulan ramadhan, Baginda menghidupkan malam-malamnya dengan membangunkan isi rumah dan menjauhi daripada isteri-isterinya. Imam Ahmad dan Muslim meriwayatkan:

Maksudnya:

"Rasulullah S.A.W berusaha sedaya upaya dalam malam-malam sepuluh akhir Ramadhan melebihi usahanya daripada malam-malam lain."

Malam Lailatul-Qadar berlaku pada 10 akhir daripada malam ganjil bulan Ramadhan. Rasulullah S.A.W bersabda:

Maksudnya:

"Carilah malam Lailatul-Qadar pada sepuluh akhir bulan Ramadhan dalam malam ganjil."

Pendapat yang terkuat mengikut para ulama' bahawa malam Lailatul Qadar terkena pada malam 27 Ramadhan. Menurut Abu Ka'ab katanya,

"Demi Allah sesungguhnya ibn Mas'ud telah meyakinkan bahawa malam Lailatul-Qadar jatuh dalam bulan Ramadhan manakala Lailatul-Qadar pula terjatuh pada malam 27, akan tetapi dia enggan memberitahu kepada kami (malam yang tepat) kerana bimbangkan kamu tidak lagi berusaha mencarinya."

Daripada Riwayat Mu'awiyah:

Maksudnya:

"Bahawa Nabi Muhammad S.A.W telah bersabda dalam malam lailatul-qadar iaitu malam ke 27."

Riwayat ini disokong oleh pendapat Ibn Abbas yang mengatakan bahawa surah Al-Qadr mempunyai 30 perkataan. Perkataan yang ke-27 bagi surah itu terjatuh kepada dhamir(hia) yang kembalinya kepada Lailatul-Qadar.

Imam Ahmad telah meriwayatkan sebuah Hadith daripada Ibn Umar R.A yang berbunyi:

Maksudnya:

"Sesiapa yang mencari Lailatul-Qadar, dia hendaklah mencarinya pada malam yang ke-27, carilah kamu malam Lailatul-Qadar pada malam yang ke-27. "

Aisyah R.A bertanya kepada Rasulullah, katanya:

"Ya Rasulullah S.A.W andainya aku mendapati malam Lailatul-Qadar, apakah doa yang patut aku bacakan? Rasulullah S.A.W berdoa dengan doa:

Maksudnya:

"Ya Allah! Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, oleh itu berilah keampunan-Mu untukku."

- Petikan dari : FIQH & Perundangan Islam Jilid II : Wahbah al-Zuhaili : Terbitan Dewan Bahasa dan Pustaka.

Tips 10 Malam Terakhir Ramadhan

Bulan Ramadhan sudah hampir tiba ke penghujungnya. Wahai muslimin dan muslimat sekalian, rebutlah pahala di sepuluh malam yang terakhir ini sesungguhnya di sepuluh malam yang terakhir ini.

Pernah di malam itu al-Quran diturunkan dari Luh Mahfuz ke langit dunia, Baitul Izzah. Mukmin sejati semakin menggiatkan ibadah mereka khususnya di seluruh 10 malam terakhirnya, yakin pahala di salah satu dari malam-malam tersebut digandakan pahalanya sebanyak ibadah yang sama dikerjakan selama 1000 bulan!

Itulah malam Lailatul Qadar. Pada 10 malam tersebut, demi berebut untuk mendapatkannya, Rasulullah S.A.W mengasingkan dirinya dari isteri-isterinya, beriktikaf di dalam Masjid Nabawi, beribadah dan bermunajat kepada Allah S.W.T sambil diikuti oleh para Sahabat R.A.

Diantara ibadah-ibadah yang boleh dilakukan ialah qiamulail, puasa fardhu, berbuka, solat Tarawih, tilawah al-Quran, berdoa, zikir, istighfar, memuhasabah diri, merancang untuk amalan diri dan sebagainya.

Tips




Beberapa tips dalam merebut pahala dan kelebihan malam Lailatul Qadar :

1. Bersedia untuk merebutnya dari sekarang terutama disegi keyakinan, kesungguhan merebut peluang tahunan ini dan merancang kalender harian agar mengosongkan 10 malam-malam terakhir tersebut untuk tujuan itu semata-mata; tidak untuk kesibukan lain.

2. Memahami bahawa dimana jawatan, kedudukan dan kesibukan kita di dunia ini, tujuan utama manusia dijadikan ialah untuk beribadah kepada Allah S.W.T dengan penuh keikhlasan, bersedia untuk hari (Akhirat) yang tiada gunanya lagi harta dan anak-anak, melainkan orang yang bertemu Allah dengan hati yang sejahtera.

3. Putuskan dari sekarang masjid mana yang akan kita gunakan untuk iktikaf, siang dan malam, samada sebahagian atau 24 jam sehari. Pastikan AJK masjid tersebut memahami ibadah iktikaf dan qiyamullail 10 malam terakhir agar tidak berlaku masalah pengurusan dengan mereka yang tidak memahaminya.

4. Dapatkan teman agar sama-sama dapat melakukan ibadah tersebut secara berjemaah.

5. Jika anda bekerja di bawah majikan, kenalpasti hari-hari yang akan dimohon cuti agar dapat lebih hari untuk beriktikaf di masjid. Jika anda tidak dapat mengambil cuti kerja, anda boleh cuba berktikaf di masjid sepenuhnya dalam cuti hujung minggu pada hari Sabtu dan Ahad.

6. Jika anda seorang pelajar, cuba habiskan kerja-kerja rumah atau assignments dari sekarang agar tidak tertimbun pada 10 malam terakhir Ramadan. Beli tiket balik kampung lebih awal agar tidak disibukkan mencari tiket nanti.

7. Bersedia untuk Aidil Fitri lebih awal agar kita tidak disibukkan nanti dengan membeli belah, memasang langsir, membuat kuih-muih, menyiap atau menjahit pakaian Raya dan sebagainya seperti yang sering berlaku pada ramai orang yang kurang memahami dan menghayati kelebihan 10 malam terakhir Ramadan.

8. Memahami bahawa asas perubahan ke arah kebaikan pada seseorang bahkan pada sesebuah umat ialah pembaikan jiwa yang ada di dalam diri masing-masing. Madrasah 10 Malam Terakhir Ramadan yang bakal dilalui boleh turut membantu mencapai ke arah perubahan tersebut.

Semoga Allah mengurniakan ketaqwaan kepada kita setelah menjalani ibadah di bulan Ramadan ini. Kita keluar darinya nanti dengan beroleh rahmah, keampunan dan selamat dari api neraka. Amin.

Air Mata Cinta al-Quran

Ayahlah orang pertama cuba mengajar al-Quran kepada saya.

Setiap malam, kami – saya dan kakak – akan menghadap Ayah bersama dengan muqqadam. Belajar al-Quran bukanlah minat saya. Saya terasa sangat sukar. Malah setiap kali tiba saat belajar, perasaan malas, tidak seronok, rasa terpaksa dan tertekan menyelubungi diri.

Ia satu saat yang paling membosankan!

Akibatnya, saya sering tergagap-gagap apabila berhadapan dengan ayah. Setiap kali saya gagal membaca dengan lancar, ayah membuat sergahan. Sergahan yang boleh didengari seisi rumah. Nada suara yang boleh meruntuhkan semangat waja seorang kanak-kanan berusia 6-7 tahun.

Ayah sememangnya seorang guru yang terkenal dengan sifat garangnya. Di sekolah, anak-anak muridnya sudah tahu, "Emmmm.... Cikgu Ibrahim, garang sangat". Ia menjadi semakin garang apabila mengajar anak sendiri. Saya sentiasa kecut perut, takut dan berdebar-debar apabila tiba saat-saat senja melabuhkan tirainya.



Akhirnya setiap kali disergah, airmata mengalir laju. Ia bukan hanya membasahi pipi tetapi manik-manik halus menitis jatuh menimpa helaian muqqadam. Pandangan saya kabur. Huruf-huruf hampir tidak kelihatan. Berbalam-balam. Sambil teresak-esak, saya menyapu kelopak mata. Tersedu-sedu dalam kesedihan, ketakutan dan rasa kecil hati.

"Pergi masuk... marah sedikit menangis, marah sedikit menangis. Bila nak pandai!"

Saya terus meluncur ke bilik. Menyembamkan diri ke bantal. Nun jauh di hati saya terasa sangat lega daripada terus berada dalam keadaan ketakutan dan perasaan yang sentiasa berdebar-debar. Ummpp.... saya berterima kasih dengan air mata yang mengalir. Air mata itulah yang menyelesaikan masalah.

Besoknya apabila disergah, ulangan kisah semalam berlaku. Ayah sergah, saya menangis, air mata tumpah ke atas helaian muqqadam dan saya diminta masuk ke bilik. Hari-hari seterusnya saya mendapat akal. Ketika saat-saat berhadapan dengan ayah, saya mula seronok menunggu ayah memarahi dan menyergah saya. Air mata seolah-seolah bersahabat baik. Ia sangat hampir dengan kelopak mata. Dengan satu sergahan sahaja, ia keluar meleleh-leleh.

Akhirnya, dalam diam-diam tanpa saya sedari ayah sudah tidak menjadi guru Quran saya lagi. Maksudnya proses pembelajaran Quran terbantut dan terhenti ketika usia tujuh tahun tanpa dapat menghabiskan bacaan. Saya cuma tahu dan hafal beberapa surah sahaja – cukup-cukup – untuk dibaca semasa menunaikan solat lima waktu. Itu pun belum tentu benar atau salah bacaannya. Selebihnya saya adalah manusia yang "buta Quran".

Hampir 38 tahun yang lampau saya berasa seronok kerana mengeluarkan airmata ketika belajar Quran dan lebih "lega" apabila diminta untuk memberhentikan bacaan apabila air mata tersebut mengaburi pandangan. Ia langsung tidak memberi kesan kepada perjalanan kehidupan. Saya kekal begitu sehinggalah berjaya melanjutkan pelajaran ke MRSM Kota Bharu.

Buta al-Quran dan berada di MRSM nyata tidak membebankan. Saya tidak kisah dan bersedih hati walaupun tidak tahu membaca Yaasin. Jika ada majlis doa selamat dan membaca Yaasin, saya akan cuba mengelak. Mencari jalan supaya tidak perlu menghadiri program tersebut. Malah jika terpaksa hadir sekali pun, saya tidak rasa malu atau terbeban dengan program seumpama itu.

Saya hanya menggerak-gerak mulut mengikut mereka yang lain.

Namun bila meningkat dewasa, berjawatan tinggi dan mula mengerti kehidupan selepas kematian, saya benar-benar dalam ketakutan. Jauh di sudut hati saya rasa serba kekurangan. Gelisah jiwa melihat orang berlagu membaca al-Quran. Rasa terhina bila menghadiri majlis-majlis kesyukuran, doa selamat, kematian dan keramaian yang bercorak keagamaan. Berdebar-debar setiap kali orang menghulurkan surah Yaasin. Apatah lagi kalau ada insan yang menunjukkan tangan, memberi isyarat mahu saya ke hadapan mengetuai solat.

Saya iri hati melihat orang membaca al-Mathuraat ketika waktu terluang. Saya mengangguk-angguk bila Abah mengajar beberapa ayat ringkas untuk dijadikan amalan. Namun ia berlalu dan hilang begitu sahaja. Menghafal ayat-ayat al-Quran ternyata sukar. Lidah kelu, ingatan lemah dan motivasi diri tidak segagah mana. Saya lebih tekun menulis daripada menghafal wirid-wirid selepas sembahyang. Terasa ia benar-benar sukar!

Malah dengan anak sendiri pun saya cemburu melihat mereka sudah khatam al-Quran. Membaca ayat-ayat Allah – yang kelihatan asing – selancar saya membaca novel, buku perakaunan atau surat khabar. Ketika saya kagum dengan mereka, sesekali menyusuk perasaan hiba dan sayu di atas kekurangan diri.

Saya tidak upaya untuk meningkatkan kelemahan diri. Perasaan malu, tidak berkeyakinan dan selesa dengan keadaan semasa menyukarkan keadaan. Lebuhraya perubahan nyata tidak terbina. Lalu saya membuat keputusan, biarlah saya menanti saat-saat kematian dengan kekurangan tersebut. Tiada apa yang boleh saya lakukan!

Namun saya cuba membina keyakinan diri supaya tidak tertekan dengan apa yang kurang meskipun ia kelihatan sukar. Benar, saya tidak pandai dan buta al-Quran dan sukar membuat amalan khusus tetapi saya fikir saya bukanlah manusia jahat, suka berhasad dengki dengan orang atau berburuk sangka dengan mereka yang hampir. Pada ketika itu saya berharap dan berdoa, mudah-mudahan Allah memberi pengampunannya kepada saya di atas kekurangan dan kelemahan diri.

Tidak pernah terlintas yang saya akan belajar Quran ketika usia menghampiri 41 tahun. Ketika saya sudah tewas dan bersedia untuk menerima kematian dalam keadaan buta Quran, saya dijemput menunaikan fardhu haji. Saya menangis dan merayu mengadu kepada Allah di atas segala kekurangan diri.

Rayuan dan pengaduan yang mencerminkan ketakutan, kefakiran dan kehinaan diri terhadap Allah yang Maha Perkasa. Benar, begitulah sifat Maha Pengasih dan sifat Maha Penyayang Allah terhadap hamba-Nya nyata cukup luas. Saya terbuka pintu hati untuk mula belajar al-Quran ketika membuat keputusan hendak menunaikan fardhu haji.

Ringkasnya, saya khatam semasa berada di Mekah dan berjaya menamatkan bacaan terjemahan semasa berada di Madinah.

Ia satu pengalaman yang sangat menakjubkan!

Thursday, July 28, 2011

PENDAKWAH KRISTIAN PELUK ISLAM -( tewas berhujah dengan seorang haji )

Lelaki bernama Bisara Sianturi ini bukannya sembarangan lelaki. Dia ialah anak muda yang fanatik dengan agama Prostestan.

Apa yang menarik mengenai Bisara ini, ialah percubaannya untuk mempengaruhi sebuah keluarga muslim di Medan agar menerima ajaran Kristian Prostestan berkesudahan dengan kegagalan.

Namun dari ketewasannya berdialog dengan seorang haji, menjadi penyebab dia mendapat hidayah dari Allah SWT.

Bisara Sianturi dilahirkan di Tapanuli Utara pada 26hb Jun 1949. Dia dibesarkan dalam didikan keluarga yang taat penganut Prostestan.

Pada tahun 1968 Bisara telah merantau ke Kota Medan. Nasibnya agak baik kerana berkesempatan berkenalan dengan keluarga Walikota(Datuk Bandar) Medan ketika itu, Ahmad Syah.

Dari kemesraan hubungan itu dia mendapat kesempatan tinggal bersama-sama di rumah keluarga walikota berkenaan.

Bisara mengaku, selama tinggal di rumah keluarga walikota tersebut, dia cuba mendakwah anak-anak walikota itu lagu-lagu gereja. Kebetulan anak-anak walikota dekat dengannya dan suka dengan lagu-lagu yang diajarkannya.

Sementara walikota sendiri tidak pernah marah kepadanya. Bahkan dia pernah bertanya kepada walikota tentang agama apa yang baik. Walikota itu menjawab, bahawa semua agama itu baik.

Pemikiran terbuka walikota seperti itulah uyang membuatnya senang dan berani mengajarkan lagu-lagu gereja kepada anak-anaknya. Menurutnya, kalau orang sudah memeliki pemikiran seperti ini, biasanya akan mudah diajak masuk Kristian.

“Saya berniat mengkristiankan keluarga ini. Pertama-tama melalui anak-anaknya dulu. Makanya saya ajari mereka lagu-lagu gereja. Anehnya, mereka suka sekali dengan lagui-lagu yang saya ajarkan,” kenang Bisara Sianturi.

Usaha Bisara untuk mengkristiankan keluarga walikota melalui anak-anaknya ternyata tidak boleh berjalan dengan lancar. Di rumah walikota itu tinggal juga bapa mertuanya, Haji Nurdin.

Meskipun walikota tidak merasa keberatan anak-anaknya diajarkan lagu-lagu gereja, tetapi Haji Nurdin tidak suka kalau cucu-cucunya diajarkan lagu-lagu gereja oleh Bisara.

Pada suatu petang, di ruang depan rumah walikota, Haji Nurdin mengajak Bisara untuk bercakap masalah serius. Haji Nurdin yang luas pengetahuan agamanya ini mengajaknya berdialog mengenai agama. Bahkan beliau menawarkan diri untuk masuk Kristian jika Bisara mampu menyakinkan Haji Nurdin melalui hujah-hujahnya.

“Kalau kamu boleh menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dengan benar, saya berserta keluarga saya seluruhnya dengan ikhlas dan sukarela akan mengikuti kepercayaan kamu,” kata Haji Nurdin waktu itu.

Tawaran itu tentu saja menggugat hati Bisara. Dia dengan bersemangat menyanggupinya. Dia mengira akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan Haji Nurdin dengan mudah. Ternyata kemudiannya semua pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Haji Nurdin membuat keyakinnannya terhadap Kristian pula goyah.

“Mana lebih dahulu Tuhan dengan air?” tanya Haji Nurdin.

“Pak Haji ini bercanda. Anak kecil juga bisa menjawab,” ucap Bisara.

“Saya tidak bercanda. Kalau kamu boleh menjawapnya, saya dan keluarga akan masuk agamamu!” tegas Haji Nurdin.

“Tentu lebih dahulu Tuhan, kerana Tuhanlah yang menciptakan air,” jawab Bisara.

“Kalau begitu, bila Tuhan kamu lahir? Bukankan Tuhanmu, Jesus, lahir pada tahun 1 Masehi? Bukankah tarikh Masehi yang kita pakai sekarang ini mengikuti tarikh kelahiran Jesus? Bukankah sebelum Jesus lahir setelah ada air? Kalau begitu air lebih dulu ada sebelum adanya Tuhanmu?” balas Haji Nurdin. Bisara kebingungan sendiri. Tetapi dia dengan mudah menjawabnya kembali.

“Jesus itu’ kan anaknya Tuhan.”

“Bukankah dalam ajaran agamamu dikenal ajaran “Trinitas” yang menganggap tiga tuhan, iaitu Tuhan Bapak, Jesus dan Roh Kudus sebagai satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan? Satu bererti tiga dan tiga bererti satu. Kalau demikian, tidak mungkin kita memisahkan Tuhan Bapak, Jesus dan Roh Kudus.

“Kalau Tuhan Jesus jatuh atau diragukan dengan pertanyaan seperti tadi, bererti yang lain juga ikut jatuh,” kata Haji Nurdin.

Bisara tambah bingung. Ianya tidak boleh membantah lagi.

“Yang kedua. Dalam Injil Matius pasal 27 ayat 46, disebutkan bahawa Jesus meminta tolong ketika sedang disalib. Cuba kamu fikir, bagaimana mungkin Tuhan yang Maha Sempurna minta tolong, Kalau Tuhan minta tolong, bererti dia tidak pantas dianggap Tuhan,” kata Haji Nurdin.

Kali ini Bisara tambah terkejut. Dia tidak menyangka Haji Nurdin mengerti banyak tentang Injil. Oleh itu, dia tidak mampu menjawab lagi.

Bisara kesal, meskipun semua meresap ke dalam hatinya, tetapi ia tidak menerima begitu saja. Dia balik bertanya kepada Haji Nurdin tentang kebiasaan orang islam menyunat anak-laki-lakinya.

“Saya hairan dengan orang Islam. Katanya Tuhan maha sempurna, apa yang diciptakan oleh Tuhan sudah sempurna, tetapi umat Islam malah merubah ciptaan Tuhan, Bererti orang Islam lebih hebat daripada Tuhan?

“Buktinya, Allah sudah menciptakan lelaki dengan sempurna, mengapa oleh orang islam lelaki itu harus disunat? Bukankah ini bererti orang Islam lebih hebat dari Tuhan?” tanya Bisara.

Terhadap pertanyaan itu, Haji Nurdin tidak hilang akal. Dia meminta anak muda itu untuk diam dulu di tempatnya, sementara beliau sendiri segera pergi ke pinggir jalan.

“Kamu tunggu di sini dulu sebentar. Saya akan kembali lagi cepatnya,” jawab Haji Nurdin seraya melangkah keluar rumah. Tidak berapa lama kemudian Haji Nurdin sudah kembali dengan membawa sebiji durian.

“Kamu suka durian?” tanya Haji Nurdin.

“Suka!” jawab Bisara.

“Sekarang kamu makan durian ini, tetapi jangan kamu buka kulitnya,” tawar Haji Nurdin.

“Bagaimana mungkin saya makan buah ini tanpa membuka kulitnya?” tanya Bisara.

“Bukankah Tuhan sudah menciptakan durian dengan sempurna seperti itu?” balas Haji Nurdin.

Bisara semakin terkejut. Dia tidak menduga orang tua dihadapannya begitu cerdas dan luas pengetahuannya sehingga sebiji durian boleh dijadikan jawapan terhadap pertanyaannya.

Percakapan dengan Haji Nurdin itu membuat seluruh bangunan keyakinan yang selama ini dipegangnya menjadi rapuh. Dia jadi bimbang. Di tengah kebimbangan itulah hidayah dari Allah datang kepadanya. Dia seolah-olah tersedar dengan semua perkataan Haji Nurdin yang benar itu.

Tetapi Haji Nurdin yang bijak itu meminta kepadanya untuk berfikir masak-masak.

“Sekarang fikirkanlah lagi keyakinanmu masak-masak. Apakah selama ini keyakinan itu benar-benar telah membuat kebahagian dalam hatimu? Kalau pun kamu akan masuk Islam, fikirkan juga masak-masak untung ruginya bagi kamu.

“Fikirkan apakah Islam boleh membahagiakan kamu? Saya beri tempoh satu minggu bagi kamu memikirkannya. Jangan sampai kamu menyesal nanti!” ujar Haji Nurdin.

“Sebelum saya keluar dari percakapan itu, Haji Nurdin sempat menjelaskan kepada saya bagaimana Islam mengatur kebersihan orang muslim dengan cara beristinjak dan berwudhuk. Dari penjelasan Haji Nurdin tentang istinjak dan wudhuk itu saya semaikn percaya kalau Islam itu agama yang sebenarnya,” kenang Bisara.

Sebenarnya, sebelum terjadinya dialog dengan Haji Nurdin pun, Bisara sempat dua kali meragukan keyakinan agama lamanya itu.

Pertama, ketika dia masih tinggal di kampungnya, setiap tahun baru di kampungnya diadakan pesta pora. Pada setiap malam tahun baru itu, setiap orang terutama anak-anak muda makan sampai sekenyang-kenyangnya.

Hampir semua orang di kampungnya setiap malam tahun baru jadi mabuk kerana kekenyangan. Bisara yang masih remaja itu sempat berfikir, apakah tidak ada aturan agama yang mengatur ukuran makanan yang boleh dimakan? Saat itulah ia mulai ragu dengan agama yang dianutinya.

Kedua, pada satu hari Minggu, dia terlambat datang ke gerejanya. Di tengah jalan di melewati geraja lain. Dia masuk ke gereja itu, tetapi di gereja itu dia tidak boleh melakukan upacara sembahyang, kerana upacara sembahyang di gereja itu berbeza dengan yang biasa dia lakukan di gerejanya. Keesokan harinya, ia bertanyakan masaalah itu kepada pendetanya.

“Sebenarnya, yang membawa agama ini berapa? Kenapa saya tidak boleh sembahyang di tempat lain?” tanya Bisara kepada pendetanya.

Ternyata pendeta itu tidak dapat menjawabnya. Dia hanya mengatakan bahawa hal seperti itu sudah merupakan peraturan yang tidak boleh dipertanyakan. Bisara kecewa dengan jawapan seperti itu. Tetapi semua peristiwa itu berlalu begitu saja. Dia tidak pernah memperdulikannya lagi. Sampai akhirnya, dia bercakap-cakap dengan Haji Nurdin yang membuat keyakinan mulai runtuh.

Kesempatan yang diberikan oleh Haji Nurdin untuk berfikir itu benar-benar dimanfaatkan oleh Bisara untuk merenungi kembali keyakinan yang selama ini dipeganginya.

Dia ingat betul keterangan yang dijelaskan oleh Haji Nurdin mengenai istinjak dan wudhuk yang merupakan salah satu ketentuan ibadah dalam islam. Dia jadi kagum terhadap ajaran islam yang mengatur umatnya sampai hal-hal yang kecil dan remah tetapi benar-benar bermanfaat bagi kebersihan manusia, baik dari segi fizikal mahu pun segi rohani.

Oleh itu, setelah berlalu masa satu minggu, dia meminta kepada walikota utnuk diislamkan. Walikota segera memanggilkan seorang ulama yang juga teman walikota itu. Bisara sendiri sudah lupa nama Ulama berkenaan.

Akhirnya dengan disaksikan walikota Medan Ahmad Syah, Haji Nurdin dan seorang tokoh Muhammadiyah Ende Pane serta ulama yang mengislamkannya, Bisara pun mengucapkan dua kalimah syahadah.